TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano menyebut kunci pembangunan instalasi nuklir yang aman adalah adanya transparansi. Hal ini ia pesankan pada Indonesia yang berniat membangun instalasi nuklir lewat Badan Tenaga Nuklir Indonesia (BATAN).
“Bagaimana cara membuat rakyat di dekat instalasi nuklir merasa aman? Ikuti praktek internasional dan jadilah setransparan mungkin,” ujarnya dalam konferensi pers usai kuliah umum di Balai Sidang Universitas Indonesia, Depok, Jumat 23 Januari 2014. Apalagi, kata dia, Indonesia adalah anggota konvensi yang mengatur penggunaan nuklir secara aman.
Kepala BATAN, Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan pihaknya berkomitmen mengikuti semua peraturan yang sudah ditetapkan, bersikap transparans, dan menggunakan teknologi yang tervalidasi atau terbukti. “Kami tidak menutupi informasi apapun dan kami menjawab pertanyaan masyarakat. BATAN adalah salah satu dari top three lembaga pemerintahan yang memiliki keterbukaan informasi publik,” katanya.
Apalagi, menurut Djarot, BATAN diawasi Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten). Lembaga yang dulunya menyatu dengan BATAN ini, sejak 1997 telah menjadi lembaga independen. Bapeten berwenang penuh memastikan BATAN mengikuti aturan.
Kepala Bapeten, Jazi Eko Istiyanto, mengatakan memiliki alat untuk memantau tiga reaktor nuklir BATAN. Ia mengibaratkan radiasi nuklir yang ditakuti masyarakat seperti hantu. “Radiasi nuklir sama dengan hantu. Kita tidak bisa merasakan, tidak ada warnanya, tidak ada baunya.” Tapi, menurut dia, itu bisa diatasi dengan menyediakan indikator radiasi yang bisa diketahui masyarakat. Ia menyarankan BATAN membuat layar (screen) di pinggir jalan. “Jadi masyarakat bisa tahu level radiasi nuklir saat ini berapa, dan standar aman yang seharusnya berapa,” ujarnya.
ATMI PERTIWI
Berita Lainnya:
Hari Ini Voting Nasib Bekas PM Yingluck Shinawatra
Ini Aneka Tantangan Raja Arab Saudi Salman
Warga Jepang Diculik ISIS, Ibu: Ia Bukan Musuh Islam
Raja Arab Saudi Wafat, Dunia Sampaikan Duka
Raja Abdullah, Tokoh Reformis Arab Saudi