TEMPO.CO, Sanaa - Parlemen Yaman menolak pengunduran diri Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi yang disampaikan pada Kamis, 22 Januari 2015, menyusul pengunduran diri Perdana Menteri Khalid Bahah bersama kabinetnya. Keputusan penolakan itu hasil rapat darurat parlemen pada Jumat, 23 Januari 2015.
"Parlemen yang diwakili oleh Ketua Yahia al-Rai menolak pengunduran diri presiden dan memutuskan memanggil seluruh anggota parlemen untuk mengadakan rapat luar biasa," ujar seorang pejabat Yaman yang tak bersedia disebutkan namanya.
Baca Juga:
Perdana Menteri yang dibebaskan dari kediamannya oleh pemberontak Houthi pada Rabu, 21 Januari 2015, dalam surat pengunduran diri kepada Presiden Yaman mengatakan, dia tidak ingin menjadi bagian dari kehancuran negara. "Kami memutuskan menjauh dari kebijakan tidak konstruktif yang tidak menghormati aturan hukum," ujar Bahah.
Pada surat pengunduran dirinya, Bahah menyatakan bahwa dia dan pemerintahannya menolak bertanggung jawab atas berbagai aksi yang ada. Dia juga meminta maaf kepada seluruh rakyat Yaman, "Kami berdoa kepada Allah agar rakyat Yaman senantiasa mendapatkan perlindungan."
Milisi Syiah Houthi telah menguasai sepenuhnya Ibu Kota Yaman, Sanaa, berikut Istana Presiden, Kamis, 22 Januari 2015. Para pemberontak itu mengerahkan seluruh kekuatan angakatan bersenjatanya di Istana Presiden meskipun di dalam isi kesepakatan gencantan senjata antara Houthi dan pemerintah, Rabu, 21 Januari 2015, mereka harus menarik pasukannya dan kembali ke meja perundingan politik.
AHRAMONLINE | CHOIRUL