TEMPO.CO, Riyadh - Raja Abdullah meninggal pada Jumat pagi, 23 Januari 2015, karena sakit sejak beberapa pekan lalu. Dan Putra Mahkota Pangeran Salman bin Abdul-Aziz Al Saud menjadi penggantinya sebagai raja. (Baca: Terserang Pneumonia, Raja Arab Saudi Mangkat)
Raja Salman naik takhta saat Arab Saudi menghadapi sejumlah tantangan dari ketidakpastian di negara-negara sekitar perbatasannya.
Kebangkitan Islamic State alias ISIS di Irak dan Suriah membawa wilayah ujung perbatasan Arab-Irak menjadi kawasan genting karena kelompok militan itu menyerukan melengserkan dinasti Al Saud di Riyadh. Apalagi pentolan ISIS pernah bertekad akan merebut Ka'bah.
Di negara tetangga lain, Yaman, pada Jumat 23, Januari 2015, beberapa jam sebelum Raja Abdullah mangkat, Presiden Yaman Mansour Hadi mundur akibat kelompok Houthis menguasai Ibu Kota Sanaa. Kekacauan meningkat di negeri itu.
Chaos-nya Yaman bisa membuka lebar-lebar jaringan Al-Qaidah cabang Semenanjung Arab (AQAP) leluasa beraksi. Al-Qaidah pernah berambisi menggerakkan pemberontakan di Arab Saudi pada 2003-2006 dan hampir membunuh seorang pangeran pada 2009.
Sementara itu, harga minyak yang melorot hampir separuh sejak Juni 2014 membuat Arab Saudi terancam menghadapi defisit anggaran untuk pertama kalinya sejak 2009. Anjloknya harga minyak dunia mendorong kesulitan-kesulitan dengan para anggota OPEC lain yang tak setuju dengan strategi Arab Saudi tidak memangkas kuota.
REUTERS | DWI ARJANTO
Baca juga:
Cuaca Cerah, Tim SAR Siap Evakuasi Air Asia QZ8501
Terserang Pneumonia, Raja Arab Saudi Mangkat
Christopher Positif Pakai Narkoba Jadul