TEMPO.CO, Sanaa - Pemimpin pemberontak Houthi, Abdel-Malik al-Houthi, menuntut Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi berbagai kekuasaan sesuai dengan kesepakatan. Saat ini, milisi Houthi berhasil sepenuhnya menguasai Istana Presiden menyusul kebuntuan politik berbulan-bulan di negeri itu.
Abdel-Malik al-Houthi menuduh Hadi tak menepati janji menerapkan Perdamaian dan Perjanjian Kemitraan Nasional (PNPA) yang diteken setelah pemberontak Houthi menguasai Ibu Kota Sanaa pada September 2014.
Baca Juga:
Pada Rabu, 21 Januari 2015, sayap militer Houthi berjaga-jaga di luar kediaman resmi Presiden Hadi di Istana. "Rumah di pusat kota itu merupakan kediaman resmi presiden yang dijaga ketat pengawal Istana," kata sejumlah saksi mata.
Situasi Istana Presiden kosong melompong, tidak ada tanda-tanda keberadaan Pasukan Pengamanan Presiden di kompleks tersebut. "Di tempat itu, sehari sebelumnya, 20 Januari 2015, terjadi pertempuran sengit antara pemberontak Houthi dan pasukan presiden," ujar saksi mata.
Salah seorang petugas Istana Presiden menerangkan kepada Al Jazeera, Presiden Hadi tak berada di tempat ketika adu tembak berlangsung kemarin malam waktu setempat. "Presiden tampaknya menjadi tahanan rumah," tuturnya.
Mohammed al-Bukhaiti, salah seorang anggota politbiro Houthi, mengatakan kepada kantor berita Reuters, "Presiden Hadi masih berada di dalam rumahnya. Tidak ada masalah. Beliau kapan saja boleh meninggalkannya."
AL JAZEERA | CHOIRUL
Terpopuler
Langgar Tenggat Waktu, Jokowi Ancam Copot Menteri
Membandingkan Bob Sadino dengan Mario Teguh
QZ8501: Naik Cepat, Jatuh, dan Ucapan Allahu Akbar
Nelayan Adukan Cuitan Menteri Susi ke DPR
Sesudah Budi Tersangka, KPK Diusik dari 3 Penjuru