TEMPO.CO, Jakarta - Penembakan brutal di kantor redaksi majalah Charlie Hebdo di Kota Paris, Prancis, yang diduga dilakukan kelompok ekstremis Islam, telah meningkatkan sentimen warga Prancis terhadap Islam.
"Saya jadi sering diajak debat soal Islam sama orang Prancis di sini," ujar Restu Nurul, warga negara Indonesia yang sedang berkuliah di Port-la-Nouvelle melalui pesan pendek, Jumat, 8 Januari 2015. Port-la-Nouvelle terletak di selatan Paris, jaraknya 811 kilometer atau delapan jam berkendara mobil dari ibu kota Prancis itu. (Baca:Teror di Paris, Eiffel Berubah Gelap )
Tidak hanya teman kuliah, ayah angkatnya, Lezignan Corbieres, juga menjadi sering bertanya tentang Islam. "Karena kejadian Charlie, Corbieres selalu menanyakan Islam ketika makan malam," ujar Restu, yang sudah menetap lebih dari setahun di rumah Corbieres di 7 Rue Robert Desnos, 11200. (Baca:Begini Solidaritas Koran Dunia untuk Charlie Hebdo)
Berdasarkan pengamatan Restu, warga Prancis cenderung memberikan komentar negatif terhadap Islam. Bahkan tidak jarang mereka mengumpat. Mereka, dia menambahkan, tidak habis pikir kenapa orang bisa melakukan penembakan brutal tersebut. "Melihat kejadian di Paris, wajar mereka berubah menjadi membenci Islam," katanya. "Tapi lama-lama sakit hati juga." (Baca:Penembak di Charlie Hebdo Pernah 'Cuci Otak' )
Sentimen negatif ini juga tampak dari banyaknya serangan terhadap masjid setelah kejadian di Charlie Hebdo, termasuk masjid di Port-la-Nouvelle. "Jadi banyak islamofobia."
ANDI RUSLI
Baca juga:
Jokowi Bahas Nasib Bekas Bos IM2, Merpati dan PLN
Pembenahan Bonbin Surabaya Masih Terkendala Aset
Dosen UIN Kuliah ke Gereja Dipastikan Tak Dipecat
Jonan Terapkan Izin Terbang Online, Begini Caranya