TEMPO.CO, Paris: Penembakan terhadap kantor majalah mingguan Charlie Hebdo di Kota Paris, Prancis, merupakan serangan teroris terburuk di Prancis selama 50 tahun terakhir. Serangan itu dinilai dirancang dengan baik dan matang, hingga kedua pelakunya dapat lolos dengan mudah.
Saat penembakan, awak majalah sedang mengadakan rapat redaksi. Semua jurnalis hadir termasuk pemimpin redaksi Charile Hebdo, Stephane Charbonnier. Sebelumnya majalah itu mencuit tentang karikatur pemimpin kelompok milisi Negara Islam (IS/ISIS) Abu Bakar al-Baghdadi. (Baca :Sindir ISIS, 11 Pekerja Majalah Tewas Ditembak)
Seperti dilansir The Telegraph, Rabu, 7 Januari 2015, dua pelaku penembakan di kantor majalah Charile Hebdo itu, lolos dan melarikan diri dengan mengendarai mobil curian Citroen hitam.
Aksi teror itu menewaskan sedikitnya 12 orang, termasuk Direktur penerbitan majalah Charllie Hebdo Charbonnier dan kartunis Cabu, Tignous, dan Wolinski. Korban yang tewas akibat tembakan senjata Kalashnikov dan peluncur roket. (Baca: Kantor Media Anti-Isis Ditembak Saat Rapat Redaksi)
Kantor majalah mingguan yang mempublikasikan berita-berita satire dan kontroversial pernah dihantam bom setelah menerbitkan kartun Nabi Muhammad pada November 2011. Al-Qaeda menjadikan Charbonnier sebagai target untuk dibunuh. Polisi memberikan perlindungan kepadanya, namun Charbonnier, kartunis terkenal di Prancis, kerap pergi sendirian tak peduli dengan ancaman itu.
TELEGRAPH | AFRILIA SURYANIS
Baca juga:
Dukung Charlie Hebdo, Netizen Cuit Kebebasan Pers
Majalah Anti-ISIS Ini Bermarkas di Paris
Media Anti-ISIS Diserang, Prancis Siaga I
Kartunis dan Bos Majalah Anti-ISIS Tewas