TEMPO.CO, Paris - Saksi mata menjelaskan penembak kantor majalah mingguan satire dan kontroversial, Charlie Hebdo, berjumlah dua orang. Mereka menggunakan penutup wajah (bertopeng), berjubah hitam, dan membawa senjata otomatis jenis Kalashnikov.
Keduanya memasuki lantai bawah gedung kantor majalah yang berada di distrik 11 dekat Place de la Bastille di Paris, Prancis, itu. Setiba di gedung tersebut, mereka langsung membabi buta memuntahkan pelurunya ke arah orang-orang yang berada di kantor itu. Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu, 7 Januari 2015.
Dari lantai bawah, mereka kemudian menaiki tangga dan kembali melepaskan tembakan di lantai 1. (Baca: Sindir ISIS, 11 Pekerja Majalah Tewas Ditembak.) "Kami mendengar suara tembakan dari dalam. Kami berlari menyelamatkan diri ke atap. Setelah beberapa menit berlalu, tembakan kemudian terdengar di tengah jalan," ujar seorang saksi yang kantornya berseberangan dengan kantor Charlie Hebdo.
Sebanyak 12 orang tewas dan 10 orang terluka. Di antara yang tewas itu adalah jurnalis dan polisi. Saksi lainnya menjelaskan kepada Le Monde, mereka mendengar penembak berbicara dalam bahasa Prancis tanpa aksen. Setelah melakukan tembakan, pelaku melarikan diri dengan mobil curian dan menghilang ke arah jalan tol di Paris.
Sebelum terjadi tembakan, Charlie Hebdo baru saja mencuit soal kartun pemimpin kelompok militan Negara Islam (IS/ISIS), Abu Bakr al-Baghdadi. Aksi kekerasan terhadap majalah satire ini bukan pertama kali terjadi. Pada November 2011, kantor majalah ini dilempari bom sehari setelah menampilkan karikatur Nabi Muhammad.
CNN | FOX NEWS | MARIA RITA
Baca juga:
Kisruh Air Asia,Tarif Batas Bawah Penerbangan Naik
Tak Bisa Melaut, Nelayan Tuban Dikasih Sembako
Polisi Turki Tewas Diserang Bom Bunuh Diri
Ditemukan, Dua Planet Baru Mirip Bumi