TEMPO.CO, Sydney: Aksi penyanderaan di Lindt Chocolat Cafe, Sydney, pada Senin, 15 Desember 2014, memicu kemarahan sebagian warga Australia. Namun tak sedikit pula warga Negeri Kangguru itu setuju aksi itu sudah menjurus pada tindakan rasisme.
Selama ini toleransi beragama di Australia terpelihara dengan baik. Bahkan Perdana Menteri Australia Tony Abbott sempat menyerukan bahwa peningkatan kewaspadaan terhadap aksi terorisme bukanlah untuk mengusik toleransi. “Ini murni soal kejahatan,” kata Abbott, Senin lalu.
Berikut lima momen saat warga Australia melawan rasisme.
1. Rasisme di Utara Melbourne
Selasa lalu, penumpang kereta api di Melbourne marah pada seorang pria yang berperilaku rasis terhadap seorang penumpang wanita yang memakai cadar. Cadar adalah pakaian tradisional yang biasa digunakan wanita muslim. Biasanya terdiri dari kain hitam yang menutupi tubuh sampai ke ujung kaki dan menutupi wajah.
Saat itu korban tengah bepergian ke CBD di jalur kereta Upfield. Saat itulah ancaman mulai dilakukan si pria rasis. Salah seorang penumpang dengan cepat berdiri dan meminta pria rasis itu meninggalkan wanita bercadar itu. Sedangkan penumpang lainnya mengontak Herald Sun dan melaporkan ancaman pembunuhan yang tengah dialami seorang wanita.
Serangan itu sempat menyebabkan keberangkatan kereta di utara Melbourne tertunda. “Salut untuk penumpang komuter Upfield yang melawan,” ujar seorang pengguna Twiter, Baroness Clash.
2. Seorang Pria Melawan Rasis di Central Coast
Selasa pagi, seorang pria bernama Paulus Gunter melihat seorang petugas di stasiun layanan Central Coast diancam oleh orang tak dikenal. Dia pun merasa harus turun tangan. “Saya sedang dalam perjalanan untuk bekerja. Ketika saya berhenti untuk membeli kopi saya melihat seseorang mengancam petugas yang merupakan keturunan India atau Pakistan,” ujar Gunter seperti dikutip News.com.au.
Gunter mengaku mendengar pria tak dikenal itu memaki pelayanan keturunan Asia itu. “Anda tidak diterima di negara ini dan Anda harus kembali ke tempat asalmu,” ujar Gunter mengulang perkataan pria itu. Gunter tak tinggal diam, ia mendorong pria rasis itu dan memintanya keluar. Pria rasis itu akhirnya keluar sambil meraih benda-benda yang ada di kiri dan kanannya. Gunter mengatakan sangat marah dan tersinggung dengan perilaku rasis yang ditunjukkan pria tak dikenal itu.
“Saat saya muda, saya diajarkan orang tua saya bahwa kita adalah manusia dan setiap ketika memiliki keunikan. Itulah yang membuat negara kita besar. Tak peduli dari mana keluarga Anda berasal, kita adalah warga Australia dan kita berada di sini,” ujar Gunter. Pernyataan ini mendapat simpati dari warga Australia lainnya.
3. Saat Terjadi Kerumunan di Martin Place
Pada saat drama penyanderaan terjadi Senin lalu, ratusan orang turut berkumpul di Martin Place. Peristiwa ini memancing reaksi dari kelompok sayap kanan antiislam, Australian Defence League.
Di tengah kerumuman itu seorang pria tiba-tiba meneriakkan bahwa tindakan penyanderaan tak pernah dilakukan oleh muslim moderat. Namun menurut salah seorang wartawan Guardian yang berada di lokasi, mayoritas warga yang berkerumunan itu menolak dan meminta pria itu menghentikan pernyataan rasis terkait dengan drama penyanderaan.
4. Aksi Solidaritas #illridewithyou
Editor Sydney TV, Tessa Kum, menggemparkan masyarakat saat ia membaca posting Facebook tentang reaksi seorang wanita muslim atas penyanderaan di Lindt Chocolat cafe. “Seorang wanita muslim duduk di samping saya di kereta. Diam-diam dia melepas jilbabnya,” tulis salah seorang wanita asal Brisbane, Rachael Jacobs.
“Di stasiun kereta saya lalu mendekatinya. Saya katakan “Ayo pasang lagi. Saya akan berjalan bersamamu.” Dia lalu menangis dan memeluk saya sekitar semenit.”
Kum lalu mengunggah pesan bijak lewat akun Twitter-nya @sirtessa: Dia mendapat respon yang kuat dari Twittersphere dan merekomendasikan tagar #illridewithyou. Ide itu secara cepat menyebar. Masyrakat Australia pun menyatakan dukungan dan berjanji untuk terus memberikan dukungan bagi masyarakat muslim Australia.
5. Saat Pengguna Twitter Melawan Kebencian
Setelah peristiwa penyanderaan banyak pengguna Twitter yang menulis komentar rasis. Namun tak sedikit pula pengguna Twitter yang menyuarakan pesan perdamaian dan persatuan.
NEWS.COM AU I IRA GUSLINA
Baca juga:
Milan Ingin Tukar Torres dengan Cerci
Pertamina dan Pemerintah Rapat soal Subsidi
Begini Pembubaran Nonton Film Senyap di AJI Yogya
BBM Kilang Pertamina Lebih Mahal dari Impor