TEMPO.CO, Sydney - Konsul Jenderal RI di Sydney memastikan tidak ada aksi pembalasan terhadap warga negara Indonesia khususnya kepada umat Muslim. Bahkan KJRI Sydney melihat respons publik Australia khususnya di Sydney sangat positif dan menunjukkan dukungan yang luar biasa bagi orang Islam.
Aparat keamanan Australia baik federal maupun polisi setempat juga siap siaga. "Mereka tetap menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban. Australian Federal Police (AFP) dan NSW Police disiagakan 24 jam sampai awal 2015," kata Konjen RI untuk Sydney, Yayan G. Mulyana, kepada Tempo, Selasa, 16 Desember 2014.
Menurut Yayan, peningkatan pengamanan oleh aparat tersebut dimaksudkan juga untuk mengantisipasi terjadinya backlash dan tindak kekerasan balasan oleh kelompok ekstrimis terhadap komunitas Muslim, termasuk perempuan berbusana Muslim. (Baca: Korban Penyanderaan di Sydney Adalah Manajer Lindt dan Seorang Pengacara)
"Kami beberapa kali mengadakan pertemuan dengan pihak berwenang serta ormas Indonesia di sini, termasuk ormas Islam, untuk mengambil langkah preventif bersama. Hotlines telah kami sampaikan jauh-jauh hari ke masyarakat Indonesia," kata Yayan menambahkan.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Priansari Marsudi mengatakan tidak ada warga Indonesia yang menjadi korban penyanderaan di Lindt Chocolate Cafe, Sydney. "Sampai tengah malam, pihak konsulat jenderal telah berkoordinasi dengan Polisi Federal Australia (AFP), tidak ada satu pun WNI yang menjadi korban penyanderaan," kata Retno usai acara Pencanangan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi di Kementerian Luar Negeri, Rabu pagi.
Akbar Makarti, Konsul Muda bidang Sosial Budaya KJRI Sydney mengatakan, hingga Rabu malam tidak ada laporan terkait kekerasan terhadap WNI. "Sebaliknya, kami melihat respon publik Australia, di Sydney khususnya, sangat positif dan menunjukkan dukungan yang luar biasa bagi komunitas Islam," kata Akbar kepada Tempo.
Akbar mengaku mendengar soal adanya beberapa insiden, namun dia menyatakan kejadian itu sangat terisolasi dan tidak menggambarkan situasi di lapangan pada umumnya. Menurut informasi yang diterima KJRI dari polisi Australia, ke-18 sandera terdiri atas 16 warga negara Australia, seorang warga Cina, dan seorang warga India.
Peristiwa penyanderaan itu terjadi pasa Senin lalu. Pelakunya adalah Man Haron Munis, emigran Iran yang masuk Australia pada 1996. Monis, menurut catatan Kepolisian Australia, pernah berurusan dengan aparat berwajib terkait dengan 40 kasus kriminal. Di antaranya pelecehan seksual pada 2012. (Baca: Begini Akhir Penyanderaan di Sydney)
NATALIA SANTI
Berita Terkait
Soal ISIS, Risma: Hampir Setiap Hari Sosialisasi
Menko Tedjo Curiga Ratusan Orang Indonesia Masuk ISIS
Aksi Heroik Manajer Kafe Saat Teror Australia
Teror di Sydney Bisa Berdampak pada Indonesia
Jejak Haron Monis Sebelum Beraksi di Sydney