Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Obama Dukung Senat Rilis Laporan Penyiksaan CIA  

Editor

Abdul Manan

image-gnews
Presiden AS Barack Obama berbicara tentang krisis di Ukraina dari Gedung Putih di Washington, Amerika (17/3). Obama pada hari Senin menjatuhkan sanksi pada 11 pejabat Rusia dan Ukraina disalahkan atas serangan militer Rusia ke Crimea, termasuk dua pembantu utama Presiden Rusia Vladimir Putin. REUTERS/Kevin Lamarque
Presiden AS Barack Obama berbicara tentang krisis di Ukraina dari Gedung Putih di Washington, Amerika (17/3). Obama pada hari Senin menjatuhkan sanksi pada 11 pejabat Rusia dan Ukraina disalahkan atas serangan militer Rusia ke Crimea, termasuk dua pembantu utama Presiden Rusia Vladimir Putin. REUTERS/Kevin Lamarque
Iklan

TEMPO.CO, Washington - Presiden Amerika Serikat Barack Obama membela keputusan Komite Intelijen Senat yang merilis laporan soal teknik penyiksaan kontroversial oleh badan intelijen negara itu, Central Intelligence Agency (CIA).

Menurut Obama, tidak pernah ada waktu "sempurna" untuk merilis laporan tersebut sembari menegaskan bahwa penting untuk secara terbuka mengakui jika negara membuat kesalahan.

"Salah satu hal yang membedakan kami dari negara-negara lain adalah ketika kita melakukan kesalahan, kita mengakuinya," kata Obama dalam sebuah wawancara dengan Telemundo, Selasa, 9 Desember 2014. "Kami melakukan kesalahan seperti orang lainnya," tambahnya.

Laporan Komite Intelijen Senat merilis rincian teknik interogasi ekstrem oleh CIA terhadap para teroris setelah terjadinya serangan 11 September 2001. Dibukanya laporan itu kepada publik dilakukan Selasa, 9 Desember 2014, meskipun pada menit-menit terakhir ada permintaan dari Menteri Luar Negeri John Kerry dan anggota Kongres agar laporan itu tidak dibuka kepada publik saat ini karena kekhawatiran bahwa itu akan memicu serangan global terhadap kepentingan Amerika di seluruh dunia.

Presiden mengakui kekhawatiran tersebut. Namun presiden dari Demokrat itu mengatakan pemerintahannya telah mengambil tindakan pencegahan di seluruh dunia untuk mempersiapkan semua jenis reaksi global setelah keluarnya laporan tersebut.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Pada hari yang sama, Direktur CIA John Brennan membela teknik yang dipakai lembaganya, seperti tertuang dalam laporan Senat tersebut, dan mengatakan bahwa interogasi itu "menghasilkan informasi intelijen yang membantu menggagalkan rencana serangan dan menangkap teroris, dan berhasil menyelamatkan nyawa."

Obama memperdebatkan soal efektivitas teknik interogasi brutal yang dilakukan CIA. Teknik keras dan brutal CIA itu diakhiri setelah Obama masuk ke Gedung Putih. Obama tak menegaskan bahwa di bawah pemerintahannya sudah tak ada lagi praktek interogasi semacam itu. Jika itu masih teradi, kata Obama, mereka tidak akan diberi toleransi dan harus bertanggung jawab karena melanggar hukum.

CNN | ABDUL MANAN

Berita Terkait:
7 Fakta Kunci Laporan Senat AS Soal Penyiksaan CIA
AS Siaga Jelang Publikasi Laporan Penyiksaan CIA
Sejarah Interogasi Keras CIA Sejak 2002 Lalu
Tahanan CIA Disiksa dan Diancam dengan Bor Listrik

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran