TEMPO.CO, Seoul - Pejabat Korea Soletan masih terus melakukan pencarian terhadap anak buah kapal penangkap ikan Oryong 501 yang tenggelam di Selat Bering, Rusia, pada Senin, 1 Desember 2014. Pejabat Korea Selatan yang tak mau disebutkan namanya meyakini kapal yang memuat 60 awak, 35 di antaranya warga Indonesia, dihantam badai setelah menangkap pollock. Akibat terjangan badai itulah, gelombang air laut membanjiri ruang penyimpanan sehingga menyebabkan kapal tenggelam. (Baca: Kapal Korsel Tenggelam, 3 WNI Selamat, 1 Orang Tewas)
Perwakilan dari perusahaan pengalengan tuna Sajo Industries dan merupakan pemilik kapal, Kim Kang-ho, mengatakan kapal berukuran 2.000 ton itu telah berusia 36 tahun. Menurut Kim, kapal tersebut berangkat dari Busan, Korea Selatan, ke Selat Bering untuk menangkap pollock pada 10 Juli lalu. Pemerintah Rusia memang membolehkan nelayan Korea Selatan menangkap polloc, yang memang menjadi menu lezat saat musim dingin. (Baca: Korsel Serahkan Daftar ABK Kapal yg Karam di Rusia)
Adapun pegawai Sajo lainnya yang tidak mau disebutkan namanya menuturkan kapal itu memiliki delapan sekoci. Sekoci itulah yang digunakan tujuh anak buah kapal untuk bertahan hidup dan pada akhirnya ditemukan tewas. “Kapten kapal itu mengeluarkan perintah melarikan diri dan diyakini bahwa kru juga berusaha melarikan diri,” ujarnya. Saat kapal nahas itu tenggelam, kata dia, tinggi gelombang lebih dari 13 meter dan suhu air berada di bawah 14 derajat Fahrenheit. (Baca: Kapal Tenggelam di Rusia, Kemlu Sediakan Hotline)
Selain 35 WNI, awak kapal itu terdiri atas 13 warga Filipina, 11 warga Korea Selatan, dan 1 warga Rusia. Kecelakaan itu menyebabkan kesedihan dan kemarahan nasional di Korea Selatan.
DAILY NEWS | LINDA TRIANITA
Baca juga:
Dua Calon Pimpinan KPK Berpotensi Tidak Lolos
Penilaian Minus Desmond terhadap Busyro Muqoddas
Pria Berkartu Anggota Golkar Tewas Ditabrak Kereta
Hari Ini, Calon Pimpinan KPK Uji Kelayakan di DPR