TEMPO.CO, Paris - Maxime Hauchard sedang diperbincangkan oleh media di Prancis. Pria 22 tahun itu mendadak terkenal setelah muncul dalam video klaim pembunuhan terhadap relawan Amerika Serikat, Peter Kassig, oleh Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Ternyata Hauchard adalah buron yang memang sangat diincar oleh pemerintah Prancis. (Baca: ISIS Rilis Lagi Video Pemenggalan Warga AS)
Dalam video berdurasi 16 menit itu, Hauchard menjadi salah satu algojo yang memenggal 18 tentara Suriah yang disandera. Identitas Hauchard mula-mula diketahui oleh jurnalis Prancis, David Thompson, yang menyampaikan hal itu dalam sebuah konferensi pers.
Dikutip dari The Guardian, Senin, 17 November 2014, Hauchard memang blakblakan mengaku sebagai "seorang pejuang Islam". Dia beberapa kali mengunggah foto yang menampilkan dia saat memegang senjata dan mengaku sangat tertarik pergi ke Suriah untuk membantu membangun kekhalifahan. (Baca: Algojo ISIS, Jihadi John, Dikabarkan Terluka Parah)
"Pelatihan di Suriah serasa seperti hari libur, tapi bukan liburan. Ada banyak warga Prancis di markas ISIS di Raqqa, tapi kebanyakan adalah warga Mesir, Libya, Tunisia, Maroko, dan Arab Saudi," kata Hauchard dalam sebuah wawancara dengan BFMTV pada Juli lalu.
Dalam wawancara itu, Hauchard mengaku ditugaskan di Mosul untuk menjalankan sebuah misi. Dia juga berharap bisa mati syahid di sana. (Baca: Anggota ISIS Warga Inggris Penggal Jurnalis AS)
Hauchard telah menjadi incaran para intelijen Prancis sejak 2011. Pemerintah Prancis baru mengeluarkan surat penangkapan atas pria yang masuk Islam saat berusia 17 tahun itu sebulan lalu.
Para peneliti Prancis menerangkan, Hauchard menerima pelatihan agama di Mauritania pada 2012. Dia pergi ke Suriah lewat Turki dengan menyamar sebagai pekerja kemanusiaan pada 2013.
RINDU P. HESTYA | THE GUARDIAN
Berita Lain:
Jokowi Jadi Koki, Benarkah Australia Menghina?
Algojo ISIS, Jihadi John, Dikabarkan Terluka Parah
Pejabat AS: Ini Wanita Pertama yang Disekap ISIS