TEMPO.CO, Iguala - Keluarga dari 43 mahasiswa Meksiko yang hilang datang dari seluruh pelosok negeri menuju pusat pemerintahan. Para orang tua dan kerabat korban ini juga ikut berdemo dengan ratusan warga lainnya yang menuntut keadilan dan menyatakan ketidakpuasan atas investigasi terkait dengan kematian mahasiswa yang dinilai sangat terlambat.
"Hari ini, kami ingin bertemu dengan pemerintah setelah berjalan 195 kilometer jauhnya. Kami menagih janji pemerintah untuk memberikan keamanan kepada 43 mahasiswa," kata Jose Alcaraz, juru bicara gerakan yang diberi nama "43x43 Movement", seperti dilaporkan Xinhua, Senin, 10 November 2014.
Alcaraz menjelaskan tujuan gerakan ini adalah meminta pemerintah menerapkan langkah-langkah baru untuk menjamin keamanan dan mengatasi kekerasan Meksiko. (Baca: 43 Mahasiswa Dibunuh, Istana Negara Meksiko Dibakar)
Para korban itu hilang diduga saat bentrokan terjadi antara mahasiswa dan polisi pengaman pada 26 September lalu. Sebanyak empat orang dilaporkan tewas di lokasi, sementara 43 lainnya hilang.
Pada Jumat pekan lalu, Jaksa Agung Meksiko Jesus Murillo mengatakan 43 mahasiswa itu telah tewas setelah dibantai oleh satu geng narkoba setempat. Jasad mereka dibakar dan dibuang di sungai di dekat Igualo. (Baca: 43 Mahasiswa Meksiko Hilang, Dicari ke Jurang)
Polisi telah menangkap 72 gangster yang diduga terlibat dalam pembunuhan ini. Mantan Wali Kota Iguala Jose Luis Abarca dan istrinya, Maria de los Angeles Pineda, diduga sebagai otak pembunuhan massal tersebut.
Pengumuman itu mengundang aksi protes. Pendemo pun turun ke jalan dan membakar Istana Presiden Zocalo Square dan gedung-gedung pemerintahan untuk menunjukkan kekecewaan mereka kepada para pejabat.
RINDU P. HESTYA | XINHUA
Berita Lain:
Jokowi Berharap Hubungan Cina-Indonesia Lebih Konkret
Menlu: Kehadiran Jokowi di Sejumlah KTT Penting
Baghdadi, Pemimpin ISIS, Terluka Parah