TEMPO.CO, Mexico City - Ribuan warga Meksiko berjalan menuju Istana Negara untuk menumpahkan emosi mereka terhadap pemerintah seusai penemuan kuburan massal 43 mahasiswa. Aksi itu digelar pada Sabtu malam lalu. Dalam demonstrasi tersebut, mereka membakar pintu Istana.
Ratusan demonstran juga membakar sejumlah kendaraan dan melempar bom molotov ke arah kantor pemerintah di Guerrero, wilayah selatan Meksiko. (Baca:Bekas Wali Kota dan Istri Ditahan Polisi Meksiko)
Presiden Meksiko Enrique Pena Nieto mengecam pembakaran Istana Negara. "Ini tak dapat diterima. Seseorang berusaha memanfaatkan tragedi ini untuk membenarkan kekerasan," kata Pena Nieto di Bandara Anchorage, Alaska, dalam perjalanannya ke Cina.
Sebanyak 43 mahasiswa diculik oleh polisi, yang kemudian menyerahkan mereka kepada kelompok bandit di Iguala. Para gangster ini lalu menyiksa dan membakar mereka hingga tewas. Sebelumnya, para mahasiswa itu berencana menggelar demo mengkritik pemerintah Wali Kota Iguala, Jose Luis Abarca. (Baca:43 Mahasiswa Meksiko Hilang, Dicari ke Jurang )
Hilangnya 43 mahasiswa itu membuat Jose dan istrinya, Maria de los Angeles Pineda, ditangkap dan dinyatakan sebagai otak pembunuhan massal para mahasiswa. Polisi juga menahan 72 tersangka lain.
Meksiko merupakan negara yang kerap diguncang kasus pembunuhan oleh sindikat kriminal terorganisasi. Sudah 80 ribu orang lebih tewas akibat kekerasan sindikat ini hingga 2006.
AL JAZEERA | HUFFINGTON POST | MARIA RITA
Baca juga:
Buat Onar di Jalan Tol Simatupang, 6 Suporter Bola Diperiksa
Di Beijing, Jokowi Sentil Kualitas Produk Cina
Wartawan 'Antiamplop' Itu Pergi tanpa Pamit
Jokowi Berharap Hubungan Cina-Indonesia Lebih Konkret