TEMPO.CO, Jakarta - PT Arafah Bintang Perkasa mengatakan kinerja Sumarti Ningsih, tenaga kerja wanita yang tewas dibunuh di Hong Kong, cukup bagus. Selama dua tahun kontrak, tidak ada komplain yang dilontarkan sang majikan kepada PT Arafah sebagai penyalur TKW Sumarti.
"Dia kan sampai finis kontraknya. Kalau bisa sampai finis, artinya kinerjanya bagus, tidak ada masalah," kata pengelola PT Arafah yang enggan disebut namanya saat dihubungi Tempo, Selasa, 4 Oktober 2014. (Baca: KJRI Hong Kong Belum Terima Kronologi WNI Dibunuh)
Sumarti merupakan TKW yang disalurkan PT Arafah pada 2011. Sejak Oktober 2013, kontraknya habis. Paspor dan visanya pun tak berlaku lagi. Karena itu, wanita 25 tahun tersebut sempat pulang ke Indonesia untuk membuat paspor dan visa jenis turis demi kembali ke Hong Kong. (Baca: Kesaksian Penyalur Korban Mutilasi di Hong Kong)
Menurut pengelola PT Arafah lainnya, setelah bekerja di bawah naungannya, gaya hidup wanita itu berubah. Ia dikabarkan berkali-kali berganti pasangan. "Pas balik ke Indonesia pun katanya tidak membawa uang karena terlalu banyak belanja," ujarnya. (Baca: Darah Keluarga Jessie Lorena Akan Diambil Polisi)
Sumarti Ningsih ditemukan tewas di apartemen mewah pria warga Inggris bernama Rurik Jutting di Wan Chai, Hong Kong. Bersama temannya yang juga warga negara Indonesia, Sumarti dibunuh oleh bankir asal Inggris itu. (Baca: Indikasi Sumarti Jadi Korban Perdagangan Manusia)
DEWI SUCI RAHAYU
Baca Juga:
Baca juga:
DPR Soroti Penggabungan 3 Kementerian
KPK Endus Modus Baru Koruptor, Apa Saja?
Afganistan Minta Bantuan KPK
Penundaan Kenaikan Harga BBM Picu Penimbunan