TEMPO.CO, Wan Chai - Rurik Jutting telah menjalani sidang perdana kemarin setelah diduga melakukan pembunuhan kepada dua pekerja seks. Satu pekerja asal Indonesia bernama Sumarti Ningsih dan satu lagi asal Filipina bernama Jesse Lorena Ruri pada Sabtu lalu. Jutting dilaporkan menyewa Ningsih dan beberapa rekannya seharga Rp 19 juta untuk melakukan pesta seks dan obat-obatan di apartemen miliknya di Wan Chai, Hong Kong. (Baca: Kasus Pembunuhan Jarang Terjadi di Hong Kong)
"Dia membayar Rp 17 juta per perempuan untuk bersamanya sepanjang malam. Total biaya yang ia keluarkan untuk berpesta dan menyewa gadis-gadis itu bisa mencapai hampir Rp 193 juta dalam semalam," kata seorang teman Jutting kepada Daily Mail, Senin, 3 November. (Baca: PSK Indonesia Sudah 4 Tahun Kerja di Hong Kong)
Sementara itu, rekan kerja Ningsih mengatakan wanita 25 tahun ini mengaku diajak berpesta oleh seorang lelaki. "Dia bilang akan dibayar Rp 19 juta semalaman," kata teman Ningsih. (Baca: 2 PSK Ini Korban Pembunuhan di Hong Kong)
Seorang sumber berinisial AJ mengaku sering melihat Jutting berdebat dan menampar gadis-gadis yang disewanya, termasuk Ningsih. Namun, kata AJ, para gadis tetap terpikat dengan Jutting karena dia kaya raya. (Baca: Profil Pembunuh PSK Indonesia di Hong Kong)
"Dia mengaku kaya raya, tapi ia pria yang kasar. Gadis-gadis itu biasanya akan meminta pembayaran di muka, tapi Jutting tidak pernah memberikannya," kaya AJ.
Baca Juga:
AJ juga melihat Jutting sering bedebat dengan Jesse. Seorang sumber lain juga melihat Jutting mencekik Jesse di luar klub tempat sebelum dibunuh. (Baca: PSK Indonesia Dibunuh di Apartemen Mewah Hong Kong)
Tubuh Ningsih ditemukan sudah terpotong-potong di dalam sebuah koper di balkon apartemen Jutting. Adapun mayat Jesse ditemukan tergeletak di lantai dengan luka dalam di bagian leher dan bokongnya.
RINDU P. HESTYA | DAILY MAIL
Berita Lain:
PSK Indonesia Dibunuh di Apartemen Mewah Hong Kong
ISIS Buka Lowongan Kerja Manajer Minyak
Pembunuh PSK Indonesia Diadili Hari Ini