TEMPO.CO, Bagdad - Amerika Serikat dan negara-negara pendukungnya membunuh ratusan pejuang Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) dalam serangan udara di Kota Kobane, Suriah. Meski demikian, menurut kantor Kementerian Pertahanan AS di Pentagon, kota tersebut masih dikuasai kelompok pemberontak Sunni.
Untuk melakukan gempuran tersebut, AS bersama sekutunya melancarkan sekitar 40 gempuran udara di kota utama kaum Kurdi, Kobane, dalam waktu 48 jam. Jumlah serangan itu tergolong paling besar sejak mereka membombardir Suriah yang dimulai pada 22 September 2014.
Juru bicara Pentagon, Laksamana Muda John Kirby, dalam keterangannya kepada media mengatakan cuaca buruk di Irak membantu koalisi secara bebas menyerang sasaran di Kobane. Namun, Kirby menambahkan, dalam situasi yang sangat cair itu, milisi Kurdi masih menguasai kota tersebut, meskipun mereka berada di kantong pejuang ISIS.
"Kami tahu bahwa kami telah membunuh ratusan orang," ujar Kirby. Dia menambahkan, serangan udara AS dan sekutu telah menurunkan kemampuan ISIS untuk bergerak dan mempertahankan diri.
Penguasaan kota utama Kurdi di perbatasan Suriah-Turki menjadi fokus AS dan sekutu untuk menghentikan perjuangan ISIS yang saat ini telah menguasai sejumlah wilayah di kawasan Irak dan Suriah. Hal itu membuat PBB takut bakal ada kuburan massal jika Kobane jatuh ke tangan pemberontak yang sekarang menguasai separuh wilayah tersebut.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Baca juga:
Lukman Hakim Jadi Bintang di Muktamar PPP
Menantu Hendropriyono Jadi Danpaspamres Jokowi
Dikunjungi Mbah Moen, Jokowi: Sinyal Koalisi Kuat
Perpu Pilkada Bisa Hambat Ahok Jadi Gubernur?
Hamdan Zoelva: MK di Titik Terendah