TEMPO.CO, Berlin - Setelah kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) menguasai Kobani, perbatsan Suriah dengan Tukri, pemerintah Jerman mendesak agar Turki segara melakukan perlawanan. Menteri Luar Negeri Frank-Walter Steinmeier juga mengatakan permusuhan lama yang terjadi di negara Timur Tengah harus disisihkan untuk bersatu melawan kelompok militan ini.
"Kami berusaha meyakinkan negara-negara Arab, termasuk Turki dan Iran, untuk bekerja sama melawan ISIS. Kami mendesak Ankara untuk memberantas ISIS dengan kekuatan penuh," kata Steinmeier, seperti dilaporkan Reuters, Sabtu, 11 Oktober 2014.
Sejauh ini, pemerintah Turki memang belum mengerahkan pasukan untuk bergabung dengan pasukan Kurdi yang telah mati-matian melawan ISIS sejak awal bulan Oktober ini. Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan masih "mengandalkan" tentara Amerika untuk melakukan serangan yang lebih intensif untuk mengamankan Kobani lewat serangan darat. (Baca: ISIS Kuasai Sepertiga Wilayah Kobane)
Namun, upaya itu gagal. Senin lalu, pasukan ISIS berhasil mengibarkan bendera kebanggaannya di perbatasan Kobani. Pasukan Kurdi pun mengaku kewalahan melawan ISIS dan menilai serangan tentara AS "tidak fokus dan salah sasaran". (Baca: Turki Kesal AS Tak Juga Gempur ISIS Lewat Darat)
Sementara itu, pemerintah Turki menegaskan telah memberikan bantuan kepada pasukan Kurdi untuk memerangi ISIS. Namun, pasukan Kurdi membantah hal tersebut. Memang, tank-tank dan pasukan Turki telah bersiaga di perbatasan, tapi mereka hanya berjaga tanpa melakukan pergerakan berarti.
RINDU P. HESTYA | REUTERS
Berita Lain:
Disfungsi Ereksi, Pria Ini Masukkan Baja ke Penis
Di Depan Umum, ISIS Tembak Mati Wartawan Irak
WHO: Korban Ebola Sudah Capai 4.000 Jiwa