TEMPO.CO, Ankara - Kota Kobane yang merupakan kota perbatasan Suriah dan Turki terus digempur kelompok militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), meski serangan udara Amerika Serikat terus dilancarkan di wilayah ini. (Baca: AS Dinilai Tidak Reaktif, ISIS Kuasai Kobani)
Kegagalan serangan AS tersebut membuat Turki geram. Sejak awal, Turki sudah menyarankan Washington bersama-sama melakukan serangan. (Baca: Soal ISIS, Turki Sarankan Amerika Serang dari Darat)
“Sangat tidak realistis mengandalkan pasukan Turki untuk melakukan operasi darat sendiri,” ujar Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu dalam sebuah konferensi pers saat mengunjungi Kepala NATO Jens Sstoltenberg, seperti dikutip dari Reuters, Jumat, 10 Oktober 2014.
Menurut Mevlut, AS sangat lambat menyeret kaki mereka sebelum memutuskan untuk mengambil tindakan atas peristiwa yang menimpa Suriah, termasuk perang sipil yang telah berlangsung sejak 2011 itu.
Turki telah lama menganjurkan AS mengambil tindakan terhadap Presiden Suriah Bashar al-Assad yang diduga menggunakan senjata kimia dalam perang sipil tersebut. Namun AS membatalkan serangan udara terhadap pasukan pemerintah Damaskus pada menit-menit terakhir ketika Assad setuju menyerahkan senjata kimia tersebut.
Adapun umat Kurdi Turki justru dibuat kesal dengan lambatnya tindakan pasukan militer Turki. Memang, sejumlah tank dan pasukan militer telah berjaga di sepanjang perbatasan Kobane, tapi mereka tidak melakukan tindakan yang berarti. (Baca: ISIS Kuasai Sepertiga Wilayah Kobane)
ANINGTIAS JATMIKA | REUTERS
Terpopuler
Novelis Prancis Modiano Raih Nobel Sastra
Tuntutan Referendum Catalonia Semakin Kuat
Bom Meledak di Pub Kuala Lumpur, 1 Tewas