TEMPO.CO, Hong Kong - Pejabat Cina membatalkan pesta kembang api untuk menyambut hari kemerdekaan ke-65 yang jatuh pada hari ini, Rabu, 1 Oktober, menyusul meluapnya ratusan ribu pendemo Hong Kong yang turun ke ke jalan. Menurut para pengamat, jumlah pendemo meningkat dua kali lipat dan diklaim sebagai yang terbanyak sejak protes dilakukan akhir pekan kemarin.
"Saya melihat jumlah pendemo terus meningkat. Saat ini telah lebih dari 100 ribu orang yang tetap tinggal di jalan 'menyambut' Hari Nasional (Hari Kemerdekaan Cina)," kata Ed Chin dari Occupy Central, salah satu kelompok pemimpin demo, kepada BBC News, Selasa, 30 September 2014. (Baca: Demonstran Hong Kong Kuasai Jalanan)
Leung Chun-ying, pemimpin Hong Kong saat ini, meminta agar para pendemo membubarkan diri. Namun, permintaan itu ditolak mentah-mentah oleh pemimpin demo. Polisi juga meminta pendemo untuk tetap tenang. Namun, lagi-lagi peringatan itu diabaikan hingga polisi terpaksa menyemprotkan semprotan merica dan gas air mata ke kelompok yang rusuh.
"Kami tidak takut pada polisi. Kami tidak akan pergi sampai Chun-ying mengundurkan diri. Kami ingin pemilihan langsung," kata salah satu pendemo.
Para pengamat menyebut bahwa Hari Nasional Cina akan jadi kunci dari aksi demo yang telah berlangsung selama lebih dari tiga malam. Bagi para pendemo, inilah saatnya untuk memenangkan hati dan pikiran masyarakat luas terkait perjuangan menegakkan "keadilan bagi Hong Kong". (Baca: Pendemo Hong Kong Beri Cina Batas Waktu)
RINDU P. HESTYA | BBC NEWS
Berita Lain:
Milisi ISIS Menutup Perbatasan Suriah-Turki
Korban Pemerkosaan, Wanita Iran Malah Dihukum Gantung
Jepang Ingin Jadi Negara 'Ramah Muslim'