TEMPO.CO, Kabul - Ashraf Ghani diambil sumpahnya sebagai Presiden Afganistan di Istana Presiden, Kabul. Pengambilan sumpah ini menjadi akhir kekacuan politik selama berbulan-bulan di Afganistan.
Pelantikan bekas Menteri Keuangan dalam acara akbar pada Senin pagi, 29 September 2014, waktu setempat, sekaligus menandai transformasi kekuasaan secara demokratis sejak kejatuhan Taliban pada 2001. ”Saya bukan yang terbaik dari kalian semua. Jika saya melakukannya dengan baik, maka dukunglah saya. Namun, bila saya salah, silakan dikoreksi,” kata Ghani.
Ghani sukses menggantikan Hamid Karzai setelah terjadi ketidakpastian politik selama tiga bulan menyangkut hasil pemilu yang memicu ketegangan dan memperburuk kondisi ekonomi Afganistan.
Baik Ghani maupun pesaingnya, Abdullah Abdullah, mengklaim memenangi pemilu yang digelar pada 14 Juni 2014. Akibatnya, Afganistan terjun ke jurang perselisihan yang mengancam kerusuhan nasional.
Namun kekacauan tersebut bisa dicegah setelah Amerika Serikat dan Perserikatan Bangsa Bangsa mencampuri urusan politik dalam negeri Afganistan. Kedua calon presiden dipertemukan. Walhasil, keduanya mencapai kata sepakat membentuk sebuah pemerintah persatuan. Selanjutnya, Ghani dinyatakan sebagai presiden setelah dilakukan penghitungan ulang hasil pemungutan suara.
Setelah Ghani dilantik sebagai Presiden Afganistan, Abdullah disumpah sebagai Chief Executive. Posisi yang mirip dengan jabatan Perdana Menteri ini sengaja diciptakan untuk menghindari krisis politik di Afganistan.
Menanggapi pelantikan kedua pemimpin itu, sejarawan Afganistan, Helena Malikyar, mengatakan hari ini menjadi peristiwa pahit-manis bagi hampir seluruh rakyat Afganistan. "Ekonomi berantakan, bantuan asing dibekukan, pembangunan berhenti, dan tingkat kejahatan melambung," ujar Malikyar.
Masalah keamanan Afganistan berada di titik terendah sejak Taliban melancarkan berbagai serangan, termasuk melakukan serangan bunuh diri terhadap kantor pusat pemerintahan lokal di sebelah timur Provinsi Paktia. Dalam serangan itu, sepuluh orang tewas. "Kami telah berbuat banyak untuk menciptakan perdamaian abadi, namun harapan tersebut belum terwujud. Meskipun demikian, saya tetap yakin bahwa perdamaian itu akan datang," ucap Karzai dalam pidato perpisahan yang disampaikan dengan emosional kepada rakyat Afganistan, Ahad, 28 September 2014.
Karzai mengatakan akan menyerahkan tanggung jawab pemerintah kepada presiden terpilih pada Senin, 29 September 2014. "Dan saya akan memulai kehidupan baru sebagai rakyat biasa Afganistan." Dia pun menegaskan akan mendukung presiden baru, pemerintah, dan konstitusi.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Topik terhangat:
Koalisi Jokowi-JK | Kabinet Jokowi | Pilkada oleh DPRD | Parkir Meter | IIMS 2014
Berita terpopuler lainnya:
UU Pilkada Tak Berlaku di Empat Daerah Ini
PPP Sebut 3 Kesalahan Vital Koalisi Jokowi-JK
Istri Gus Dur: Nikah Beda Agama Lebih Baik dari...
Ketua MPR: Agenda Reformasi Dibajak Wakil Rakyat!