TEMPO.CO, Hong Kong - Sekitar 80 ribu pengunjuk rasa pro-demokrasi memenuhi jalan-jalan di Kota Hong Kong sebagai bentuk protes terhadap pemerintah Cina. Mereka menuntut agar pemerintah Cina memberikan demokrasi secara penuh di Hong Kong untuk memilih pemimpin Hong Kong secara langsung, bukannya ditunjuk dari pemerintah Beijing. (baca: Ingin Demokrasi, Rakyat Hong Kong Turun ke Jalan)
Mengutip laporan BBC hari ini, aksi ini dimulai sejak Jumat, 26 September 2014 malam hingga menimbulkan bentrokan antara demonstran dan pasukan keamanan yang berusaha membubarkan massa. Namun, hingga Senin dinihari waktu setempat, bentrokan masih terus terjadi.
Berbagai kalangan, mulai dari politikus terkemuka Hong Kong, pelajar, hingga sopir taksi, turut larut dalam aksi ini. “Kalau hari ini saya tidak berdiri di sini, saya akan membenci diri saya di masa mendatang. Bahkan, jika saya mendapatkan catatan kriminal sekali pun, ini merupakan pekerjaan yang mulia,” kata Edward Yeung, seorang sopir taksi, kepada Reuters.
Untuk membubarkan massa, polisi terus menembakkan gas air mata dan semprotan merica. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat para demostran untuk terus memperjuangkan pemilihan pemimpin Hong Kong secara langsung dan bebas pada 2017 mendatang. (Baca: Referendum, Hong Kong Ajukan Demokrasi kepada Cina)
Sejauh ini polisi sudah menangkap 78 pendemo, termasuk Joshua Wong, pemimpin kelompok mahasiswa. Pemuda berusia 17 tahun ini diseret setelah ia memprovokasi para pendemo untuk menduduki gedung pemerintah. (Baca: Polisi Hong KongTangkap 511 Pendemo Prodemokrasi)
Baca Juga:
ANINGTIAS JATMIKA | BBC | REUTERS
Terpopuler
Sidang Vonis Husni Mabarak Ditunda November Ini
Gerakan Nonblok Didesak Boikot Produk Israel
PM India Digugat di Pengadilan Amerika Serikat