TEMPO.CO, Washington - Amerika Serikat dan para sekutunya, termasuk negara-negara Arab, telah meluncurkan serangan udara perdananya untuk melawan kelompok militan Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) di Suriah.
Juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat Laksamana John Kirby mengatakan pesawat tempur, jet pengebom, rudal Tomahawk, hingga pesawat perang canggih AS dan jet-jet tempur F-22 digunakan dalam serangan udara itu.
Serangan udara tersebut adalah bagian dari janji Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk "menurunkan dan menghancurkan" ISIS yang kini berganti nama menjadi Islamic State (IS/Negara Islam) dan telah menguasai sebagian besar Suriah maupun Irak.
Amerika Serikat telah meluncurkan 190 serangan udara terhadap ISIS di Irak sejak Agustus lalu. Namun, serangan udara terbaru itu akan memperluas kampanye melawan kelompok militan ISIS yang telah melintasi perbatasan ke Suriah. (baca juga: Wartawan ISIS Digaji Rp 18 Juta per Bulan)
"Mengingat operasi ini sedang berlangsung, kami tidak dalam posisi untuk memberikan rincian tambahan saat ini," kata John Kirby seperti dilansir BBC, Selasa, 23 September 2014.
Pemerintah Suriah sendiri belum secara resmi memberikan persetujuan adanya serangan udara di wilayah mereka. Namun, mereka telah menerima informasi akan adanya serangan udara sebelum dilaksanakan. (baca juga: Bantu ISIS, Militan Aljazair Culik Warga Prancis)
Laporan menunjukkan banyak serangan terjadi di Raqqa, markas ISIS di bagian timur Suriah. Informasi dari berbagai media sosial menyatakan serangan juga mengenai rumah gubernur dan rumah sakit.
Belum ada laporan mengenai negara-negara Arab mana saja yang ikut melancarkan serangan udara. Namun, laporan dari media Amerika Serikat menyebutkan di antaranya adalah Arab Saudi, Yordania, Bahrain, Uni Emirat Arab, dan Qatar. (baca juga: Terdesak ISIS, 100 Ribu Pengungsi Masuki Turki)
Wartawan BBC di Washington DC, Barbara Plett, mengatakan serangan udara di Suriah berbeda dengan yang pernah dilakukan Amerika di Irak. Saat itu pemerintah Irak memang meminta Amerika melakukan intervensi terhadap militan ISIS. Di lain pihak, pemerintah Suriah tidak meminta Amerika untuk hal serupa. Sehingga, masih kata Barbara, Amerika Serikat memborbardir ISIS tanpa persetujuan pemerintah Suriah.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengatakan bahwa utusan mereka di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah diberitahukan ihwal serangan tersebut. "Amerika Serikat telah memberikan infromasi kepada utusan tetap Suriah untuk PBB bahwa serangan akan diluncurkan untuk melawan ISIS di Raqqa," bunyi pernyataan pemerintah Suriah.
BBC | ROSALINA
Terpopuler Dunia
Gadis Ini Dipaksa Ibunya Tidur dengan 1.800 Pria
KPU Pilih Ashraf Ghani Jadi Presiden Afganistan
ISIS: Serangan Udara AS Tak Berguna
Razia Ebola di Sierra Leone Sukses Besar