TEMPO.CO, Aljir - Meski diancam dengan penculikan warga negaranya di wilayah Aljazair, Prancis dengan tegas menyatakan tidak akan mundur dari kampanye melawan milisi Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang kini menyebut diri sebagai Negara Islam atau Daulah Islamiyah (DI). (Baca: Bantu ISIS, Militan Aljazair Culik Warga Prancis)
“Kami akan melakukan segala yang kami bisa untuk membebaskan sandera. Namun mereka (milisi Aljazair) tidak akan mengubah posisi Prancis (dalam menggempur ISIS),” kata Menteri Luar Negeri Prancis Laurent Fabius dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Reuters hari ini. (Baca: ISIS Rilis Video Jurnalis Inggris yang Disekap)
Menyusul penculikan ini, pada Senin, 22 September 2014, Prancis juga telah menaikkan tingkat ancaman pada 30 kedutaan besar di Timur Tengah dan Afrika. Sebelumnya Prancis secara resmi meluncurkan serangan udara pertama terhadap ISIS di Irak pada Jumat pekan lalu.
Presiden Prancis Francois Hollande telah berbicara dengan Perdana Menteri Aljazair Abdelmalek Sellal. Keduanya sepakat bekerja sama untuk menemukan dan membebaskan warga Prancis yang diketahui bernama Herve Gourdel itu.
ANINGTIAS JATMIKA | REUTERS
Terpopuler
Gadis Ini Dipaksa Ibunya Tidur dengan 1.800 Pria
Rekrut Anak, ISIS Gunakan Game Grand Theft Auto
|KPU Pilih Ashraf Ghani Jadi Presiden Afganistan