TEMPO.CO, Islamabad-Pelaku penembakan terhadap pelajar yang kerap mengkritik milisi Taliban, Malala Yousafzai, akhirnya ditangkap. Penangkapan terhadap 10 pelaku diumumkan oleh aparat militer Pakistan, Jumat, 12 September 2014.
"Kelompok penyerang Malala telah ditangkap," kata Mayor Jenderal Asim Bajwa kepada wartawan. (Baca:Malala Jadi Orang Paling Berpengaruh di Asia)
Malala yang memiliki keberanian mengkritik Taliban ditembak di dalam bus sekolah yang membawanya pulang ke rumah pada 9 Oktober 2012. Dua pria menghentikan bus yang membawa sejumlah pelajar perempuan dan menemukan Malala ada di dalam bus, lalu menembaknya. Malala terkena tembakan di bagian kepala dan dilarikan ke rumah sakit. Dua teman sekolah Malala juga ditembak dalam peristiwa itu.
Menurut Asim Bajwa, 10 pelaku dipastikan anggota Taliban dan tinggal di Malakand di pusat kota Swat, tempat lokasi peristiwa penembakan Malala. Satu di antara 10 pelaku berprofesi sebagai pengusaha mebel dan memiliki toko mebel di kota itu.
Para pelaku penembakan Malala dan dua pelajar lainnya, kata Asim Bajwa, akan diadili di pengadilan antiteroris.
Penangkapan para pelaku penembakan Malala merupakan bagian dari operasi militer melawan Taliban yang terus dilakukan di wilayah itu. Namun klaim militer Pakistan yang menangkap 10 pelaku penembakan Malala dan dua pelajar lainnya dibantah oleh juru bicara Taliban. "Tiga orang yang terlibat dalam penyerangan, satu di antaranya tewas dan dua lainnya selamat," kata Ehsanullah Ehsan, juru bicara Taliban. Kedua pelaku penembakan Malala masih bebas. (Baca:Taliban Pakistan Mengincar Malala Lagi)
Ia juga membantah pelaku penembakan Malala dan dua pelajar itu atas perintah pemimpin Taliban Maulana Fazlullah. Menurut Ehsanullah, para pelaku adalah milisi setempat.
Malala dalam buku otobiografinya yang diluncurkan tahun lalu menjelaskan, dirinya menerima ancaman pembunuhan sebulan sebelum penembakan terjadi. "Pada malam hari saya menunggu hingga setiap orang lelap tertidur. Lalu, saya memeriksa setiap pintu dan jendela," kata Malala menjelaskan perasaannya setelah menerima ancaman pembunuhan.(Baca:Untuk Pertama Kali, Malala Ceritakan Penembakannya)
Malala dikenal luas masyarakat Pakistan setelah dia diwawancarai oleh BBC pada tahun 2009 saat usianya 11 tahun. Ia menjelaskan perjuangannya untuk hidup dan bersekolah dibawah kendali Taiban yang menguasai tempat lahirnya, Swat, kota yang dijuluki Swissnya Asia karena keindahan alamnya. Ia berkampanye untuk menentang Taliban yang melarang anak perempuan bersekolah.
Setelah teror penembakan itu, Malala dan orang tuanya diselamatkan ke Inggris dan melanjutkan sekolahnya disana. Malala meraih penghargaan bergengsi untuk hak asasi manusia, Skahraov dan nominator Nobel perdamaian pada Juli tahun lalu. (Baca:Malala Desak Boko Haram Bebaskan Ratusan Siswa )
CHANNEL NEWS ASIA | EXPRESS TRIBUNE | MARIA RITA
Baca juga:
Kalah Pilpres, Koalisi Prabowo Ingin Kuasai BPK ?
Amien Biarkan Bima Arya Dukung Piilkada Langsung
11 Kerugian Rakyat Jika Pilkada Harus Lewat DPRD
Jaksa Patahkan Kesaksian Mertua Anas Soal Dollar