TEMPO.CO, Den Haag - Lambatnya penyelidikan, kesimpulan awal yang terlalu hati-hati, dan fakta bahwa puing-puing pesawat Malaysia Airlines MH17 masih berserakan di lokasi kejadian membuat Ukraina dan keluarga korban menjadi marah.
“Saya tidak tahu harus berkata apa tentang hal ini,” kata Samira Calehr kepada Daily Mail, Selasa, 9 September 2014. Wanita asal Belanda ini kehilangan dua anak lelakinya: Miguel, 11 tahun, dan Shaka, 19 tahun, dalam kecelakaan itu. (Baca: Jenazah Korban Pesawat MH17 Tiba di Karanganyar)
Laporan awal yang dirilis Dewan Keselamatan Belanda pada Selasa kemarin menyebut bahwa pesawat berjenis Boeng 737-200 tersebut “dihantam objek berkecepatan tinggi dari luar pesawat”. Laporan ini tidak menyatakan secara eksplisit apakah pesawat ditembak rudal atau siapa yang bertanggung jawab. (Baca: Investigator MH17: Jatuh Dihantam Benda yang Cepat)
Zenaida Ecal, seorang warga Filipina yang kehilangan sahabatnya, merasa frustrasi karena laporan tersebut hanya mengungkapkan apa yang sudah diketahui banyak orang, yakni pesawat meledak, tapi gagal mengidentifikasi siapa pelakunya.
“Ini begitu lama,” tutur Ecal. “Kami hanya ingin semua korban dapat ditemukan, diidentifikasi, dan dikubur dengan layak. Kami ingin pelaku segera diketahui dan dihukum. Selama itu belum terjadi, semua keluarga dan teman-teman korban akan terus menderita,” ujar Ecal.
ANINGTIAS JATMIKA | DAILY MAIL
Terpopuler
Liga Arab Sepakat Gempur ISIS Bersama
Milisi Wanita ISIS Bentuk Brigade Al-Khansaa
Inggris Tangkap 12 Orang Terkait Algojo ISIS