TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menyatakan Australia tidak berhak menolak kehadiran Presiden Vladimir Putin dalam pertemuan negara-negara G-20 yang akan digelar di Brisbane, November mendatang. Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Mikhail Yurievich Galuzin, menegaskan bahwa keputusan tersebut bukan berada di tangan Australia.
Pernyataan Galuzin ini disampaikan untuk menanggapi kabar bahwa pemerintah Australia berusaha mencari dukungan untuk menolak kehadiran Presiden Putin dalam pertemuan G-20.
Media Australia memberitakan Menteri Luar Negeri Julie Bishop dan Menteri Pertahanan David Johnston akan membahas kemungkinan menolak kehadiran Putin di Brisbane dalam pertemuan NATO pada akhir pekan ini. (Baca: Rusia Perkuat Angkatan Laut buat Saingi NATO)
“Apalagi G-20 adalah pertemuan ekonomi, sementara NATO adalah pertemuan keamanan,” kata Galuzin kepada wartawan di kediamannya, Rabu, 3 September 2014.
Dia menambahkan, Australia seharusnya tidak mempolitisasi krisis di Ukraina dengan tuduhan palsu dan tidak berdasar soal keterlibatan Rusia dalam jatuhnya pesawat Malaysia Airlines MH17.
Baca Juga:
Galuzin menegaskan, Rusia tidak terlibat dalam kecelakaan pesawat yang menewaskan 298 awak dan penumpangnya di Ukraina timur pada Juli lalu itu. “Bahkan Rusialah yang pertama meminta penyelidikan insiden itu secara transparan,” kata Galuzin.
Beberapa temuan Rusia, seperti adanya jet milik pemerintah Ukraina yang terbang di dekat pesawat MH17 sebelum jatuh serta adanya tentara Ukraina yang menempatkan rudal antipesawat yang mampu menjangkau ketinggian tertentu, menurut Galuzin, tidak digubris oleh Barat. “Ada 40 pertanyaan kepada Ukraina perihal insiden kecelakaan MH17. Hingga kini kami belum mendapatkan jawabannya,” kata Galuzin. (Video: Malaysia Airlines MH17 Ditembak Jatuh di Ukraina)
Ihwal kemungkinan pelarangan kehadiran Presiden Putin di G-20, Galuzin mengingatkan, pertemuan itu adalah kelanjutan pertemuan sebelumnya di St Petersburg, Rusia, pada 2013. Pertemuan akan membahas masalah ekonomi dunia. Antara lain tentang reformasi sistem keuangan dan dana moneter internasional, “Yang selama ini dihalangi oleh Amerika Serikat,” kata Galuzin.
Galuzin juga menegaskan, sanksi yang dijatuhkan Barat tidak akan mengubah posisi Rusia dalam mengedepankan kepentingan nasionalnya.
NATALIA SANTI
Berita terpopuler lainnya:
Curhat Jokowi: Dari Sinting, Ihram dan Prabowo
Manfaat Caci Maki Florence 'Ratu SPBU'
3 Skandal Asusila Gubernur Riau yang Bikin Heboh
Ini AKBP Idha, Perwira yang Ditangkap di Malaysia