TEMPO.CO, Islamabad - Bentrokan terus terjadi antara polisi dan pengunjuk rasa yang menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif. Puluhan ribu orang masih mengepung kantor Perdana Menteri di Ibu Kota Islamabad, sehingga memaksa polisi menembakkan gas air mata untuk membubarkan mereka.
Selama dua hari terakhir, mengutip laporan Pakistan Observer hari ini, bentrokan yang melibatkan pendukung dari dua partai oposisi Tehreek-e-Insaf (PTI) dan Pakistan Awami Tehreek (PAT) itu telah menewaskan tiga orang dan melukai hampir 500 orang lainnya.
Polisi terus mendesak mundur para demonstran yang mencoba berbaris untuk menuju kantor Nawaz Sharif dengan gas air mata. Mereka kemudian dibalas dengan tembakan peluru karet dan lemparan batu oleh para pendemo. Massa tersebut menuntut Nawaz mundur dari jabatannya karena dianggap melakukan korupsi dan mencurangi pemilu. (Baca: Digempur Konflik, Ekonomi Pakistan Terus Membaik)
Tuduhan ini dibantah Nawaz. Ia mengatakan tuduhan tersebut tidak mendasar. Nawaz meminta pemimpin PTI, Imran Khan, dan pemimpin PAT, Tahrir-ul-Qadri, untuk mengakhiri potes guna menghindari jatuhnya korban lebih banyak lagi. (Baca: Pejabat Pakistan Dilempar Sepatu Wartawan)
Namun Imran dan Qadri berkukuh dengan tuntutan mereka. Imran justru menuding polisi bertindak brutal terhadap pendemo. “Jika mereka pikir tindakan brutal akan membuat kami mundur, mereka salah besar,” katanya.
ANINGTIAS JATMIKA | PAKISTAN OBSERVER
Terpopuler
Dituduh Mata-mata, IS Penggal Kepala Penjara
Nasib Pasukan Asal Fiji di Suriah Belum Diketahui
Korban Ebola di Afrika Barat Mencapai 20 Ribu Jiwa