TEMPO.CO, Ankara - Mantan Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan, akan dilantik sebagai Presiden Turki untuk lima tahun ke depan pada hari ini, Kamis, 28 Agustus 2014. Pelantikan Erdogan yang dilakukan di Kota Ankara ini diharapkan akan membawa konstitusi baru dan mengubah negara menuju pengembangan proyek-proyek baru.
Posisi perdana menteri yang kosong akan diisi oleh kawan lama Erdogan, Ahmet Davutoglu, Menteri Luar Negeri Turki saat ini.(Baca:PM Turki Tuding Politikus Israel Mirip Hitler )
Baca Juga:
Kantor berita Anatolia mengatakan pemimpin negara-negara Eropa, Afrika, dan Asia Tengah akan menghadiri acara pelantikan ini, termasuk Presiden Ukraina Petro Poroshenko.
Amerika Serikat mencurigai Erdogan sebagai pemimpin bertipikal otoriter, sehingga Obama tidak menghadiri acara tersebut. Armenia, negara tetangga Turki yang tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Turki, mengirim Menteri Luar Negeri Edward Nalbandian.(Baca:Turki Rusuh, Tolak Kemenangan Erdogan)
Dikutip dari Channel News Asia, Erdogan yang menjadi perdana menteri sejak 2003 memenangi pemilihan presiden pada 10 Agustus 2014. Erdogan berkontribusi terhadap pemerintahan Turki selama lebih dari satu dekade, sehingga membuatnya disejajarkan dengan Mustafa Kemal Ataturk, pahlawan yang merebut Turki dari Kesultanan Ottoman. Bahkan Erdogan diprediksi akan memimpin pemerintahan Turki sampai 2024.
Adapun Ahmet Davutoglu telah disahkan sebagai pemimpin Partai Keadilan dan Pembangunan. Dalam rapat partai itu, Erdogan dan Davutoglu mengatakan tidak ada perubahan kebijakan di dalam partai. Erdogan, yang memiliki enam anak, sudah menganggap partai ini sebagai anak kelimanya.
Davutoglu sebagai perdana menteri yang baru akan membentuk kabinet pemerintahan sehari setelah pelantikannya. Media setempat mengabarkan pimpinan dinas intelijen Turki, Hakan Fidan, akan menjadi Menteri Luar Negeri yang baru.(Baca:Setelah Twitter, YouTube Segera Dilarang di Turki )
Davutoglu yang menjadi Menteri Luar Negeri sejak 2009 dianggap sebagai tokoh kontroversial karena kebijakan luar negeri Turki yang terlalu ambisius dianggap menjadi salah satu penyebab munculnya milisi ISIS di Suriah. Namun Erdogan percaya dia bisa bekerja sama dengan Davutoglu.
CHANNEL NEWS ASIA | VIQIANSAH DENNIS
Baca juga:
Kiai Kediri Usul Jokowi Rangkul Prabowo
Konsumsi Tomat Cegah Risiko Kanker Prostat
Eks PM Thailand Bebas dari Dakwaan Pembunuhan
Bus Transjakarta yang Terbakar Berusia 8 Bulan