TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Menyusul dua musibah beruntun tahun ini, Malaysia Airlines (MAS) berencana melakukan perampingan dengan memangkas 20-25 persen pegawainya. Pegawai yang akan kehilangan pekerjaan, Bloomberg News melaporkan, antara lain, Chief Executive Officer Ahmad Jauhari Yahya, yang masa jabatannya berakhir bulan depan.
Selain pemutusan hubungan kerja, pemotongan rute dan perubahan kepemimpinan ada dalam rencana restrukturisasi yang sedang dipersiapkan oleh pemerintah Malaysia. Tingkat penjualan tiket menurun drastis menyusul hilangnya pesawat MH370 yang mengarungi rute Kuala Lumpur-Beijing dan jatuhnya pesawat MH17 karena ditembak di Ukraina.
"MAS menderita masalah citra dan bermasalah dengan staf," kata Nik Huslan, mantan pilot senior di MAS. "Mereka harus menemukan seseorang yang bisa dihormati seluruh staf."
Sebelum tragedi pesawat hilang, orang dalam maskapai ini mengatakan, di kalangan staf, berkembang ketidakpuasan selama bertahun-tahun karena perubahan strategi bisnis dan kepemimpinan serta prospek karier yang buruk.
Salah satu maskapai penerbangan paling bergengsi dan paling cepat berkembang di kawasan Asia pada 1990-an ini mengalami kemunduran sejak 2010. Sejak tahun itu, maskapai tak mencatatkan keuntungan. Popularitasnya juga tergerus kompetitor utamanya, Singapura Airlines, dan terpukul dengan munculnya operator penerbangan murah seperti AirAsia.
Dua bencana pada tahun ini, disebut pengamat, menyebabkan tekanan baru. Sebanyak 186 awak pesawat MAS berhenti antara Januari dan Juli. Juru bicara MAS mengatakan banyak dari mereka yang berhenti karena ditekan keluarga agar tidak terbang seusai kecelakaan. Lebih dari 5.000 pegawai MAS sebagai awak kabin atau pilot. Pihak maskapai mengatakan tingkat pengunduran diri meningkat setelah dua kecelakaan itu.
Eksekutif MAS kepada Reuters menyatakan dua musibah pada tahun ini menjadi peringatan bahwa perubahan drastis tidak bisa lagi dihindari jika perusahaan yang berusia 42 tahun ini ingin bertahan hidup. "Perlu ada perubahan pola pikir, dan orang-orang mengadopsinya," kata seorang eksekutif senior maskapai ini. "Orang-orang harus sadar bahwa mereka mungkin perlu bekerja dengan cara yang berbeda."
Tapi tuntutan tersebut, menurut serikat pekerja MAS, juga harus diimbangi dengan kenaikan insentif untuk mendorong staf. "Kami ingin melihat pembenahan secara total, dan apa rencana jangka panjangnya," kata Mohd. Jabarullah Abdul Kadir, sekretaris serikat pekerja Malaysia Airlines (MASEU), yang mewakili 13 ribu pegawai. "Jika ada PHK, mereka tidak bisa memotong jumlah pegawai tanpa dasar."
REUTERS | INDAH P.