TEMPO.CO, Monrovia - Polisi Liberia terpaksa menembakkan gas air mata dan peluru tajam untuk membubarkan warga dari West Point yang berusaha merusak tempat karantina ebola di Monrovia. Akibat bentrokan ini, empat warga dilaporkan terluka dan satu remaja terluka parah setelah kakinya putus terkena tembakan peluru.
Saksi mata mengatakan bentrokan ini terjadi setelah pasukan keamanan memblokir jalan ke pusat karantina sejak Rabu, 20 Agustus 2014. Pasukan yang terdiri atas anggota militer ini menggunakan kawat berduri, meja, dan kursi.
Warga tidak setuju ada pusat karantina di dekat tempat tinggal mereka. Pasukan pun segera mengambil tindakan untuk membubarkan warga yang mulai melempar batu. (Baca: Tangkal Ebola, Liberia Berlakukan Jam Malam)
"Para prajurit menggunakan peluru tajam, tapi bukan untuk melukai warga. Kami akan menerima laporan medis jika ada warga yang cedera atau tertembak," ujar juru bicara militer, Dessalline Allusison, seperti dilaporkan Reuters, Rabu, 20 Agustus 2014.
Sementara itu, warga West Point mengaku tidak diberi tahu jika ada blokade. Padahal mereka hanya ingin mencari makan dan air bersih. "Saya ingin bekerja saat blokade itu menghalangi jalan," tutur warga yang bekerja di sebuah tempat penukaran uang.
Sebelumnya, kelompok warga West Point juga menyerang pusat karantina di Monrovia pada Sabtu lalu. Akibat serangan ini, 17 pasien yang diduga mengidap ebola kabur. Namun Menteri Informasi Lewis Brown mengkonfirmasi bahwa pasien yang kabur telah kembali ke pusat karantina. (Baca: 17 Pasien Ebola yang Kabur Akhirnya Menyerah)
RINDU P. HESTYA | REUTERS
Berita Lain:
ISIS Rilis Video Pemenggalan Wartawan AS
Eksekusi Foley, ISIS Juga Tahan Wartawan AS Steven
Arab: ISIS Musuh Nomor Satu Umat Islam