TEMPO.CO, Monrovia - Wabah ebola di Afrika Barat adalah yang paling mematikan di dunia. Wabah ini mulai menyebar dari Guinea ke Sierra Leone, Nigeria, dan Liberia. Hingga saat ini sudah 1.145 orang meninggal akibat ebola.
Namun, ternyata banyak warga Liberia yang tidak percaya dengan wabah ebola di negaranya. Padalah, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat ada 1.310 warga di Liberia yang dipastikan terinfeksi virus ebola dan 154 di antaranya meninggal.
"Beberapa warga tidak percaya (ebola). Namun, semakin banyak orang yang sakit dan situasi yang memburuk, mereka pelan-pelan mulai percaya. Mereka hanya tidak tahu bagaimana cara menghadapinya," kata relawan dari Medecins Sans Frontieres (MSF), Lindis Hurum, kepada BBC News, Selasa, 19 Agustus 2014.
Hurum menjelaskan ketidakpercayaan mereka akhirnya memicu aksi protes dan kerusuhan. Sabtu lalu, sejumlah orang mendatangi pusat kesehatan di Monrovia. Mereka merusak sejumlah barang dan mencuri obat-obatan.
"Akibat dari kerusuhan itu, 17 dari 37 pasien karantina kabur. Kami akan melakukan pelacakan," kata Menteri Infornasi Lewsi Brown. (Baca: Takut Ebola, Restoran Korea Tolak Tamu Afrika)
John Moore, seorang fotografer dari Getty Images yang berada di dekat pusat kesehatan di Monrovia, juga menjelaskan bahwa masih banyak warga Liberia yang menganggap ebola sebagai berita hoax. Kepada media NPR, Moore mengaku menyaksikan saat warga memaksa pasien keluar dari pusat kesehatan.
"Mereka mendatangi pusat karantina dan membuka paksa pintu, lalu mengeluarkan pasien. Mereka menduga ebola adalah tipuan dari pemerintah Liberia untuk mendapatkan uang," kata Moore. (Baca: WHO: Korban Tewas Virus Ebola Tembus 1.000 Orang)
RINDU P. HESTYA | BBN NEWS | NPR
Berita Lain:
Wilayah Kekuasaan ISIS Sudah Seluas Inggris
Mengapa ISIS Lebih Hebat dari Al-Qaeda?
Pasukan Kurdi Rebut Bendungan Mosul dari ISIS