TEMPO.CO, Singapura - Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan pihaknya terus memantau situasi terkait dengan wabah Ebola di Afrika Barat. Mereka juga menyatakan bekerja dengan Otoritas Penerbangan Sipil Singapura (CAAS), Immigration & Checkpoints Authority (ICA), dan Changi Airport Group (CAG) untuk membendung penyebaran penyakit itu di negaranya.
Meski begitu, sejauh ini, menurut pernyataan mereka, wabah Ebola di Afrika Barat menimbulkan risiko kesehatan masyarakat yang rendah di Singapura. "Namun tindak pencegahan untuk melindungi kesehatan masyarakat harus terus dilakukan," bunyi pernyataan itu.
Untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan mendorong wisatawan mencari pengobatan tepat waktu jika sakit, Kementerian Kesehatan menyatakan akan menyebarkan leaflet. Dalam leaflet itu disebutkan, antara lain, menyarankan wisatawan untuk segera mengunjungi dokter yang ada di setiap klinik kesehatan di Singapura jika mereka merasa tidak sehat.
"Misalnya, tiba-tiba mengalami demam tinggi, sakit perut, diare, muntah, ruam, atau perdarahan setelah tiga minggu sebelumnya berada di daerah seperti Guinea, Liberia, Sierra Leone, dan Nigeria di Afrika Barat," demikian tertulis pada leaflet itu. Mereka juga diingatkan untuk menginformasikan dokter di tempat-tempat yang mereka singgahi sebelum ke Singapura.
Kementerian Kesehatan Singapura juga mengumumkan akan memasang poster di ruang kedatangan Bandara Changi untuk menyarankan wisatawan segera mengunjungi pos kesehatan yang ada di bandara jika mereka merasa tidak sehat. Layanan ini tak dipungut biaya.
Bandara Changi di Singapura merupakan salah satu bandara yang paling sibuk di dunia. Pada 2013, sebanyak 53,7 juta orang bepergian melalui bandara ini. Tiap hari, ratusan pesawat dari 106 maskapai tinggal landas dari bandara ini menuju 270 kota di 60 negara.
AP | INDAH P.