TEMPO.CO, Gaza – Di antara ribuan rumah lainnya yang luluh lantak di Kota Rafah, Gaza, rumah Manar Abu Louli, seorang janda beranak tiga, tampak lebih baik. Meski sedikit hancur, tapi rumah itu menjadi satu-satunya bangunan yang masih tampak seperti rumah.
Kepada Associated Press, wanita yang bekerja sebagai apoteker ini menuturkan rupanya rumahnya dijadikan markas lapangan darurat bagi tentara Israel sebelum mereka menarik diri dari Gaza menyusul disepakatinya gencatan senjata. (Baca: Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata 72 Jam)
Manar menemukan banyak selongsong peluru kosong bertuliskan “IMI” yang merupakan singkatan dari Industri Militer Israel. Tak hanya itu, sisa-sisa roti, tuna kalengan, sosis, cokelat, apel, wortel, semangka, dan cangkir plastik juga ditemukan di sana.
“Saya tidak tahu apakah rumah ini bisa diperbaiki setelah kerusakan ini,” tutur Manar. Rupanya, para tentara banyak membuat dinding rumahnya berlubang sebagai sarana pelatihan tembak jitu. Mereka juga tampak memperkuat diri dengan karung pasir dan batu bata.
Meski dijadikan markas yang terkesan seram, para tentara juga tampak mencorat-coret sebagian dinding rumah Manar dengan gambar badut, matahari, awan, dan bunga, untuk meredakan stres selama perang.
“Dia beruntung,” kata seorang kerabat Manar. “Jika mereka (tentara Israel) tidak menjadikan rumah itu untuk markas, tentu rumah itu sudah hancur.”
Israel dan Hamas telah sepakat untuk melakukan gencatan senjata selama 72 jam yang dimulai pada Selasa, 5 Agustus 2014 pukul 08.00 waktu setempat. Waktu ini dimanfaatkan warga Gaza untuk menengok rumah mereka. (Baca: Gencatan Senjata, Warga Gaza Tengok Rumah)
Bersama ketiga anaknya yang sudah beranjak remaja, Manar mencari catatan keluarga, ijazah, dan dokumen penting lain yang berserakan di kamar tidur mereka.
ANINGTIAS JATMIKA | AP
Terpopuler
Indonesia Cegah WNI Pro-ISIS Keluar Negeri
Indonesia Pindahkan Fungsi KBRI Tripoli ke Tunisia
Pria Saudi Tak Boleh Nikahi Wanita dari Negara Ini