Kenapa Anda mengambil spesialis bedah tulang?
Saya terinspirasi ibu yang mengalami kecelakaan hingga patah kakinya. Operasi yang dijalani dia gagal. Dari situ saya tergugah untuk menekuni bedah tulang.
Kegiatan Anda di medan konflik mendapat dukungan keluarga?
Saya sempat ditentang. Orangtua selalu melarang. Begitu pula dengan istri saya ketika tahu hendak berangka ke Maluku. Setelah saya jelaskan niatan saya, mereka akhirnya mengerti.
Di Maluku itu Anda sempat mengoperasi pasien memakai gergaji kayu dan meneranginya pakai lampu senter, itu bagaimana kisah sebenarnya?
Itu di Galela, Ambon. Banyak sekali yang akan diamputasi tapi alat amat minim. Saya ingat ada pasien saya bernama Domingus. Saya yang mengamputasi tangannya dengan gergaji kayu, diterangi lampu senter, dan menggunakan madu sebagai antibiotik. Ia terkena sabetan parang. Lucunya saya berjumpa dia lagi di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo).
Kapan Anda mulai suka membaca buku-buku teori konspirasi seperti The New Pearl Harbour karya David Ray Griffin dan Power and Terror karya Noam Chomsky?
Sejak kejadian 11 September 2001. Sedari awal saya tahu bahwa bukan mujahidin (pejuang Islam) yang melakukannya. Entah kenapa pemikiran saya cepat menangkap bahwa itu sebagai kejanggalan. Buktinya, gedung ditabrak bagian atasnya tetapi runtuh secara simetris. Ini aneh. Itu bukan konspirasi. Masa konspirasi bisa terbaca dan ketahuan.
Anda masih sering menjumpai Abu Bakar Baasyir?
Masih. Terakhir bulan lalu, sebelum bulan puasa saya menengok beliau, ke Nusa Kambangan. Saya memang masih merawatnya bersama teman-teman, sehingga kerap bolak-balik ke sana.
Banyak yang menyebarkan informasi bahwa Anda Syiah...
Saya tidak khawatir dicap Syiah. Tuduhan itu membuat saya banyak kehilangan kawan, tapi enggak apa-apa. Saya tak akan mati untuk sebuah mazhab atau organisasi. Kalau MER-C pun ternyata ke depannya tidak benar, bubarkan saja.
***
HERU TRIYONO