TEMPO.CO, Istanbul - Ratusan wanita Turki memajang foto tertawa di akun Twitter mereka sebagai protes, Rabu, 30 Juli 2014. Sebelumnya, Deputi Perdana Menteri Bulent Arinc meminta wanita tidak tertawa di muka publik untuk melindungi nilai-nilai moral.
Melda Onur, politikus dari partai oposisi utama CHP, mencuit lewat akun Twitter-nya tentang Arinc yang menyebut tertawa sebagai tindakan tidak terhormat dan menyebabkan wanita mengalami kekerasan. Kalangan oposisi menuduh pemerintah Perdana Menteri Tayyip Erdogan makin otoriter dan mencampuri urusan pribadi rakyatnya. Hal itu kerap menjadi sumber konflik antara kaum sekuler dan kalangan konservatif, pendukung Erdogan.
Erdogan akan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden langsung pertama di Turki, yang mayoritas penduduknya beragama Islam. Arinc, salah seorang pendiri partai Erdogan, Partai AK, dalam perayaan Idul Fitri pekan ini mengatakan, "Wanita harus memiliki kesucian. Dia tidak boleh tertawa di depan semua orang dan tidak boleh mengundang dalam perilakunya. Dia harus melindungi kehormatannya."
Sebagai respons, salah satu organisasi wanita menyatakan akan mengajukan tuntutan kejahatan terhadap Arinc.
Arinc juga mengkritik opera sabun di televisi sebagai penyebab penurunan atau dekadensi moral. Cuitan Arinc itu menuai kritik dari kandidat presiden dari kalangan oposisi, yang juga mantan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam Ekmeleddin Ihsanoglu. "Negara kita memerlukan para wanita untuk tertawa dan mendengar tawa gembira siapa saja lebih dari sebelumnya," cuit Ihsanoglu di akun Twitter-nya.
REUTERS | NATALIA SANTI
Terpopuler:
Suap Aparat Indonesia, Perusahaan AS Didenda
Hadapi Situs Berita Palsu, Lakukan Hal Ini
Larang Pungli, Warga Dikeroyok Puluhan Anggota PP
KPK: Wajah Pemeras TKI Ditayangkan di Bandara
Makin Percaya Daerah, Kabinet Makin Ramping