TEMPO.CO, Tripoli - Para pejuang dari milisi Zintan, dengan senjata senapan anti-pesawat terbang dan mortir, tampak menguasai Bandara Internasional Tripoli, Libya, setelah mereka berperang selama dua hari dengan pesaingnya.
Peperangan di antara dua kelompok militan yang saling bersaing itu menyebabkan menara pengawas bandara hancur dan sebelas pesawat penumpang yang sedang diparkir ringsek.
Dalam pertempuran yang berlangsung sejak Senin, 14 Juli 2014, kantor berita Reuters melaporkan, sedikitnya 15 orang tewas baik di Ibu Kota Tripoli maupun kota sebelah timur Libya, Benghazi.
Di Benghazi, pasukan cadangan loyalis bekas jenderal Khalifa Haftar yang juga mantan sekutu dekat Muammar Qadhafi membombardir basis-basis pasukan bersenjata rivalnya. Sedangkan pasukan khusus pemerintah bertempur melawan kaum militan di kota tersebut.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry dalam keterangannya kepada pers di Washington, Selasa, 15 Juli 2014, mengatakan AS siap membantu mengakhiri kekerasan di negeri Afrika Utara itu. "Kekeraan ini terburuk sejak Presiden Muammar Qadhafi tumbang tiga tahun lalu."
Pertempuran antarmilisi di Bandara Tripoli itu menyebabkan Perserikatan Bangsa-Bangsa menarik seluruh stafnya dari negara tersebut. Bandara Tripoli saat ini telah dikuasai oleh bekas pejuang dari Kota Zintan yang turut mendongkel Qadhafi pada 2011.
AL JAZEERA | CHOIRUL
Bandara Libya Dibom, Puluhan Pesawat Hancur
Filipina Menahan Imam Australia
Paket Berisi 67 Siput Raksasa Disita di Bandara AS