TEMPO.CO, Jalur Gaza - Setidaknya 80 warga Palestina, kebanyakan warga sipil, tewas dalam serangan oleh Israel di Gaza, Kamis, 10 Juli 2014. Seruan dunia internasional meningkat untuk mengakhiri kekerasan.
Serangan terakhir menewaskan lima anak penghuni salah satu dari dua rumah yang menjadi target serangan udara Israel di Khan Younis. Serangan lain di kota itu menewaskan pria 19 tahun dan ayahnya yang berusia 75 tahun. Bocah 4 tahun yang terluka dalam salah satu serangan di Khan Yunis meninggal karena luka-lukanya pada siang hari. Setidaknya 31 orang dilaporkan tewas pada Kamis.
Reuters melaporkan, militer Israel tidak berkomentar tentang serangan paling mematikan sejak serangan dimulai pada Selasa. Sebaliknya, sumber militer Israel menyatakan belum akan menghentikan serangan. "Kita akan menghadapi pertempuran yang panjang," kata Menteri Pertahanan Israel Moshe Yaalon pada Kamis lalu melalui akun Twitter. Serangan itu dimulai setelah pembunuhan tiga mahasiswa Yahudi bulan lalu dan pembunuhan seorang remaja Palestina yang diduga merupakan serangan balas dendam.
Yaalon menuturkan operasi itu berjalan sesuai dengan rencana. "Keberhasilan militer sejauh ini telah sangat signifikan," ujarnya. "Kami akan terus sampai mereka (Hamas) mengerti bahwa eskalasi ini tidak bermanfaat bagi mereka dan bahwa kita tidak akan mentoleransi serangan roket terhadap kota-kota dan warga negara kami."
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Ban Ki-moon menyerukan gencatan senjata dan meminta masyarakat internasional melakukan segala cara untuk menghentikan kekerasan yang meningkat di Gaza. Pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB di New York khusus membahas soal Gaza dilakukan kemarin.
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Kamis menyerukan diakhirinya aksi kekerasan di Gaza selama pembicaraan telepon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. "Rusia menekankan perlunya untuk sesegera mungkin menghentikan konfrontasi bersenjata, yang menyebabkan beberapa korban di kalangan warga sipil," kata pernyataan Kremlin setelah panggilan telepon itu.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry di Beijing menyebut pertikaian bersenjata Israel-Palestina sebagai "momen berbahaya" bagi Timur Tengah. Ia menuturkan AS berusaha membendung kekerasan bergelombang dengan cara yang memungkinkan negara Yahudi untuk terus membela diri dari tembakan roket Hamas. Kerry mengaku telah berbicara dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
AL ARABIYA | INDAH P.