TEMPO.CO, Kiev - Ukraina menolak melakukan pembicaraan dengan pemberontak pro-Rusia dan tak menghiraukan tekanan kuat dari Eropa mengenai gencatan senjata untuk menghentikan pertempuran di negara pecahan Uni Soviet itu, sebelum para pemberontak meletakkan senjata terlebih dahulu.
"Sekarang, kesepakatan negosiasi apapun menjadi mungkin hanya jika para pemberontak benar-benar meletakkan senjata mereka," kata Menteri Pertahanan Ukraina, Valeriy Geletey, seperti dilansir Channel News Asia, Selasa, 8 Juli 2014.
Pasukan Ukraina berhasil meraih serangkaian keberhasilan militer sejak akhir pekan lalu, dan memukul mundur sebagian besar pemberontak ke kota-kota Donetsk dan Lugansk. (baca: Militer Ukraina Menguasai Bandara Donetsk)
Presiden Ukraina Petro Poroshenko memerintahkan pasukan untuk memblokade para pemberontak di kedua kota di Ukraina timur dan membuat mereka tak bisa lagi menerima pasokan senjata.
Jerman dan Prancis mempelopori Eropa dalam mengupayakan agar Ukraina dan kelompok pemberontak pro-Rusia bisa duduk bersama untuk negosiasi yang memungkinkan terwujudnya kesepakatan gencatan senjata baru.
Poroshenko telah menghentikan gencatan senjata selama 10 hari pada 1 Juli lalu karena terus-menerus mendapat serangan pemberontak yang menewaskan lebih dari 20 tentara Ukraina. (Baca: Ukraina Akhiri Gencatan Senjata dengan Pemberontak)
Menteri Luar Negeri Jerman Frank-Walter Steinmeier mengatakan pada Senin, 7 Juli 2014, bahwa jika situasi di Ukraina timur telah bergeser mendukung pasukan keamanan Ukraina, tak akan ada resolusi militer yang murni untuk konflik tersebut.
Putaran pembicaraan tidak langsung tentang gencatan senjata yang ditengahi oleh Organisasi untuk Keamanan dan Kerja Sama di Eropa (OSCE) pada Ahad lalu juga tidak membuahkan hasil nyata.
CHANNEL NEWS ASIA | ROSALINA
Terpopuler Dunia:
Maskapai AS Wajibkan Penumpang Nyalakan Ponsel
Dalai Lama Minta Umat Budha Myanmar Hormati Muslim
Mengapa Topan Neoguri Disebut Topan 'Super'?
Indonesia Ternyata Juara Belanja Isi Dapur