TEMPO.CO, Jakarta - Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL) atau yang juga dikenal sebagai Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) tumbuh dari kelompok jihad Al-Qaidah pada April 2013. Meski, dalam perkembangannya, Al-Qaidah membantah kelompok ini sebagai bagian darinya.
Bahkan, seperti dikutip BBC, ISIL bersinggungan dengan pemberontak lainnya di Suriah, seperti Front al-Nusra pimpinan Ayman al-Zawahiri. Kelompok ini menyatakan diri sebagai satu-satunya afiliasi Al-Qaidah di Suriah.
Metode ISIL dianggap bertentangan dengan Al-Qaidah lantaran telah berbelok dari misi perjuangan nasional dengan menciptakan perang sektarian di Irak dan Suriah. (Baca: Punya Ladang Minyak, Aset ISIS US$ 2 Miliar)
Ketegangan keduanya semakin memanas setelah niat Baghdadi untuk menyatukan Al-Nusra dengan ISIL ditolak. Zawahiri kemudian mendesak ISIL untuk fokus pada Irak dan meninggalkan Suriah. Namun Baghdadi dan pasukannya secara terbuka menentang mereka.
Permusuhan terhadap ISIL terus tumbuh di Suriah. ISIL secara teratur menyerang sesama pemberontak di Suriah dan menyalahgunakan warga sipil pendukung oposisi Suriah sebagai bagian dari mereka. Menurut laporan Middle East Monitor, sekitar 6.000 orang tewas akibat pertikaian antarkelompok ini yang dimulai Januari lalu.
Pada Sabtu, 28 Juni 2014, bersama pejuang oposisi Brigade Islam, kelompok Al-Nusra melancarkan serangan perlawanan terhadap ISIL guna merebut kembali kontrol atas Abu Kamal, wilayah timur Suriah yang berbatasan dengan Irak. (Baca: Jihadis Muda Lebih Tertarik ISIS daripada Al-Qaeda)
Sejak Rabu, 25 Juni 2014, wilayah yang kaya akan ladang minyak ini dikuasai Al-Nusra yang membelot dan memilih bergabung dengan ISIL.
Memang, sejak kepemimpinan Abu Bakr al-Baghdadi, ISIL dianggap lebih menarik dibanding Al-Qaidah pimpinan teolog Islam, Ayman al-Zawahiri, bagi para pejihad muda. Bagdadi dianggap sebagai komandan medan perang yang memiliki analisis dan taktik yang hebat.
ANINGTIAS JATMIKA | BBC | AL JAZEERA | MIDDLE EAST MONITOR
Berita lainnya:
Pemeriksaan Pertama Artha Meris Sejak Ditahan KPK
Relawan Jokowi Menjalar ke Jerman dan Austria
Bertemu Prabowo, Sultan: Sama seperti Jokowi