TEMPO.CO, Jakarta - Kelompok pemberontak di wilayah Irak dan Suriah (ISIS atau yang juga disebut ISIL) telah mendeklarasikan sebuah khilafah (pemerintahan) baru di sepanjang wilayah Irak dan Suriah dan menyebutnya dengan Negara Islam. Namun, kita sering kali dibuat bingung kala menyebut ISIS dan ISIL. Apakah itu satu kelompok yang sama atau berlainan?
Baik ISIS maupun ISIL sesungguhnya adalah satu kelompok yang sama. Hanya saja tidak ada kesepakatan khusus tentang bagaimana harus menyebut kelompok ini, setidaknya dalam bahasa Inggris.
Beberapa media bahkan menyebutnya dengan nama berbeda. New York Times, misalnya, menerjemahkan nama grup ini sebagai Islamic State in Iraq and Syria (Negara Islam di Irak dan Suriah) atau yang disingkat ISIS. (Baca: Surat Sekjen PBB tentang Situasi di Suriah, Irak)
Sementara sejumlah kantor berita, termasuk Associated Press, dan pemerintahan Amerika Serikat menyebutnya dengan Islamic State in Iraq and Levant (Negara Islam di Irak dan Levant) atau yang disingkat ISIL. Uniknya, BBC malah menyebut Islamic State in Iraq and Levant tapi menyingkatnya dengan ISIS.
Dalam bahasa Arab, kelompok ini bernama Al-Dawla al-Islamiya fi al-Iraq wa al-Sham. Deretan kata pertama dengan mudah diterjemahkan menjadi Negara Islam di Irak dan ... Kesulitan muncul pada kata terakhir, al-Sham.
Al-Sham merupakan istilah bahasa Arab klasik untuk Damaskus dan wilayah daratan sekitarnya. Dari waktu ke waktu, nama itu merujuk ke daerah antara Laut Tengah dan Sungai Eufrat, di selatan Pegunungan Taurus dan di utara gurun Arab.
Jika digunakan dalam arti itu, al-Sham tidak hanya mencakup Suriah tetapi juga Israel, Yordania, Lebanon, dan wilayah Palestina, dan bahkan bagian tenggara Turki. Daerah ini disebut sebagai Levant oleh pakar geografi Barat.
Namun demikian, tidak mungkin bahwa kelompok militan itu akan memilih "Levant" (jika disebut ISIL) untuk nama mereka sebab ada asosiasi kolonial Prancis yang tidak mereka sukai dari istilah tersebut.
Para pemberontak itu juga tidak suka dengan nama "Suriah" (jika disebut dengan ISIS) sebab Suriah merupakan nama yang diberikan orang-orang Yunani untuk daerah itu pada zaman dulu. Dan suatu saat di masa dulu, istilah "Suriah" digunakan khusus untuk orang Kristen Suriah, sedangkan orang muslim atau Yahudi yang tinggal di sana akan disebut Shami. Jadi, jika bukan "Levant" atau "Suriah" untuk menerjemahkan "al-Sham," lalu apa terjemahannya? (Baca: ISIL Mendeklarasikan Negara Islam)
Sejumlah penulis dan pakar geografi menggunakan "Suriah Raya" yang memang berbeda dengan kondisi negara Suriah saat ini. Namun hal itu akan menyebabkan adanya penambahan sebuah kata sifat yang justru tidak muncul dalam bahasa Arab. Atau, bisa saja singkatan ISIS yang sudah akrab itu merujuk ke Negara Islam di Irak dan al-Sham (Islamic State in Iraq and al-Sham), meskipun kata terakhir itu asing bagi para penutur di luar bahasa Arab.
ANINGTIAS JATMIKA | NEW YORK TIMES
Berita lainnya:
Kirimkan Surat Prabowo, Pos Indonesia Murni Bisnis
IPW Minta Polisi Hentikan Peredaran Obor Rakyat
Dibui Seumur Hidup, Hakim Kembalikan Duit Akil