TEMPO.CO, Reykjavik - Islandia menolak memperbarui paspor bagi seorang anak berusia 10 tahun yang memiliki nama lahir Harriet. Alasannya, nama itu tidak diakui Badan Catatan Nasional (National Registry). Kedua orang tuanya kini mengajukan keberatan resmi kepada badan itu melalui Kementerian Dalam Negeri.
“Sangat konyol,” kata Tristan Cardew, sang ayah yang kelahiran Inggris, seperti dikutip The Guardian, Jumat, 27 Juni 2014. Istrinya, Kristin, berasal dari Islandia. Selain Harriet, badan nasional menolak paspor bagi kakak laki-lakinya, Duncan, 12 tahun.
Baca Juga:
Akibatnya, di paspor kedua anak tersebut selama ini tertulis sebagai Stulka dan Drengur Cardew, alias "anak perempuan" dan "anak laki-laki" Cardew. Pejabat National Registry Solveig Gudmundsdottir mengatakan sejak 2010 seluruh paspor Islandia harus mengandung nama pertama atau nama tengah yang sah.
“Karena nama Harriet ditolak oleh Komite Nama, National Registry tidak dapat memberikan paspor,” kata Solveig.
Komite Nama menyetujui nama baru berdasarkan dua faktor utama, yakni sejarah atau apakah nama itu bisa sejalan dengan tata bahasa Islandia. Komite tersebut kerap mendapat kritik dan tantangan.
Pada Februari 2013, Blaer Bjarkardottir Runarsdottir akhirnya memenangkan pertarungan hukum dan nama pertamanya diterima ke dalam leksikon. Wali Kota Reykjavik Jon Gnarr juga pernah mengecam Komite Nama dan menyatakan badan tersebut mewakili "undang-undang yang bodoh dan melawan kreativitas".
Awalnya keluarga itu khawatir penolakan paspor akan merusak rencana liburan mereka ke Prancis. Namun untungnya, menurut surat kabar Reykjavik Grapevine, Sabtu, 28 Juni 2014, Harriet dan Duncan kini telah memiliki paspor darurat yang diberikan Kedutaan Besar Inggris. Meskipun hanya dapat digunakan sekali ke Prancis, tapi Harriet bisa mendapatkan paspor Inggris permanen sekembalinya dari liburan. Prosesnya bisa memakan waktu enam pekan.
GUARDIAN | REYKJAVIK GRAPEVINE | NATALIA SANTI
Berita utama:
Tunggu Kampanye Jokowi, Kader PDIP Madiun Adu Jotos
Banyak Salaman, Tangan Jokowi Terluka
Kampanye Rusuh, Pendukung Jokowi Teriak Provokator