TEMPO.CO, Bagdad - Sebanyak 300 penasihat militer Amerika Serikat yang dijanjikan oleh Presiden Barack Obama mulai tiba di Irak untuk membantu negara tersebut menghalau gerakan militan Sunni radikal, Negara Islam Irak dan Levant (Islamic State of Iraq and the Levant/ISIL).
Juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat Laksamana Muda John Kirby mengatakan dua tim operasi khusus telah memulai misi mereka untuk menilai kekuatan pasukan Irak pada Selasa waktu setempat. (Baca: ISIL Rebut Kota-Kota di Irak, 21 Orang Tewas)
"Kami telah mulai menyebarkan tim penilai. Dua tim operasi khusus sekitar 40 orang, yang sebelumnya ditugaskan ke kedutaan melalui Kantor Kerja Sama Keamanan, telah memulai misi baru mereka," kata Kirby seperti dilansir Voice of America, Rabu, 25 Juni 2014.
Sementara sekitar 90 pasukan tambahan pun akan dikerahkan di Bagdad untuk membentuk pusat komando operasi gabungan baru. "Dalam beberapa hari ke depan, pasukan ini akan bergabung dengan empat tim tambahan yang masing-masing terdiri dari 50 pasukan, yang akan dikirimkan ke Irak dari dalam wilayah Komando Pusat," ujarnya menambahkan.
Tim-tim yang dikirimkan Amerika Serikat itu akan menilai kekompakan dan kesiapan pasukan militer Irak. Mereka akan menyewa sebuah kantor di Bagdad, untuk merumuskan cara efektif dan efisien yang nantinya bisa diikuti.
Pemerintahan Obama menekankan pengerahan pasukannya tidak dimaksudkan untuk operasi pasukan, namun untuk memberikan nasihat kepada tentara Irak dan memberikan bantuan intelijen. (baca juga: Tiga Wilayah Dikuasai, Irak Terancam Gelap Gulita)
Sementara itu, parlemen Amerika Serikat terus mendesak agar pemerintahan Obama mengambil tindakan atas gejolak di Irak. Senator dari kubu Republik, John McCain, mengatakan pemerintah perlu mengambil tindakan tegas terhadap militan di Irak.
"Kalian dapat mengidentifikasi dan mendepak mereka. ISIL sedang menikmati usaha mereka yang sangat berbahaya," kata McCain.
Amerika Serikat juga melakukan pengawasan udara di atas wilayah Irak, dengan 30 sampai 35 penerbangan per hari. Pengawasan udara ini diklaim untuk mendapatkan gambaran tentang situasi keamanan di lapangan karena pemberontakan bergerak cepat.
VOA NEWS | ROSALINA
Terpopuler
Amnesty Kecam Larangan Kata 'Allah' di Malaysia
Arsitek Ini Buat Bangunan untuk Ibadah Tiga Agama
Berani Coba? Pijat Ular Piton Populer di Cebu
Dalangi Pembunuhan Ibunya, Jutawan Monako Ditahan