TEMPO.CO, Beirut - Kelompok Islam militan di Suriah tak hanya merekrut orang dewasa untuk melakukan gerakan pemberontakan. Menurut laporan pegiat hak asasi manusia, Human Right Watch (HRW), kelompok militan Islamic State in Iraq and the Levant (ISIL) merekrut anak-anak berusia 15 tahun dan mengirim mereka ke medan pertempuran dengan menjanjikan pendidikan gratis.
ISIL yang telah merebut secara masif wilayah-wilayah di perbatasan Irak diketahui mempersenjatai anak-anak tersebut dan melatih mereka di Suriah. Bahkan anak-anak berusia belasan tahun itu dipersiapkan untuk menjadi pengebom bunuh diri. (Baca: ISIL Rebut Kota-kota di Irak, 21 Orang Tewas)
Selain itu, HRW menemukan bukti bahwa anak-anak itu juga dimobilisasi oleh kelompok yang lebih moderat, seperti Free Syrian Army dan kelompok Al-Qaeda yang berafiliasi dengan Front al-Nusra.
"Kengerian konflik bersenjata di Suriah diperburuk dengan melibatkan anak-anak di garis terdepan pertempuran," kata Priyanka Motaparthy, penulis laporan yang mendokumentasikan 25 anak-anak, seperti dilansir Reuters, Senin, 23 Juni 2014.
Syrian Observatory for Human Rights, kelompok pemantau berbasis di London, mengatakan bahwa para kerabat siswa yang diculik di Suriah khawatir ISIL akan menggunakan anak-anak untuk aksi bom mobil atau serangan bunuh diri. (Baca juga: Warga Malaysia Pelaku Bom Bunuh Diri di Irak)
Konflik di Suriah awalnya dimulai dengan aksi demonstrasi damai untuk menuntut perubahan politik pada 2011. Namun konflik berubah menjadi perang saudara ketika kelompok setia Presiden Bashar al-Assad mulai melawan kelompok oposisi dengan kekerasan.
Perseteruan gerilyawan oposisi ini kemudian menjadi konflik yang semakin rumit. Hingga menimbulkan ketegangan sektarian di wilayah Timur Tengah dan merembet ke negara-negara tetangga. (Baca: Demo ISIL, Irak Blokir Facebook dan YouTube)
HRW belum dapat menghitung jumlah anak-anak yang bergabung dalam perang Suriah. Namun The Violations Documenting Center, kelompok pemantau Suriah, telah mendokumentasikan 194 angka kematian anak-anak lelaki "non-sipil" di negara itu sejak September 2011.
Pengakuan seorang anak berusia 16 tahun bernama Majed sungguh mengejutkan. Dia mengatakan anak-anak yang direkrut telah dilatih sebagai penembak jitu, menjadi garda terdepan pertempuran, dan kadang mengalami luka di medan perang.
Majed mengaku dirinya dan anak-anak lain direkrut oleh kelompok Front al-Nusra di selatan Kota Deraa, dekat perbatasan Yordania. Kelompok al-Nusra menyediakan sekolah gratis di sebuah masjid lokal yang juga dijadikan tempat pelatihan militer. Para pemimpin kelompok meminta anak-anak tersebut menjadi pelaku serangan bunuh diri.
"Terkadang para pemimpin mengatakan 'Allah telah memilihmu', dan kadang-kadang pejuang mau ikut secara sukarela," kata Majed seperti tertulis dalam laporan HRW.
REUTERS | ROSALINA
Berita lain:
Pejabat Australia Temukan Lokasi Baru MH370
Buku Baru Ungkap 'Perang Dingin' Obama-Clinton
Pernah Kalah Debat, Obama Terpilih Jadi Presiden
Malaysia Tolak Banding Penggunaan Kata 'Allah'