Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Buku Baru Ungkap 'Perang Dingin' Obama-Clinton  

Editor

Indah Pratiwi

image-gnews
Barack Obama (kiri) dan Hillary Clinton. AFP/Mandel NGAN
Barack Obama (kiri) dan Hillary Clinton. AFP/Mandel NGAN
Iklan

TEMPO.CO, Washington - Diam-diam pasangan Barack Obama dan Bill Clinton saling memendam ketidaksukaan. Jurnalis Edward Klein dalam buku terbarunya yang berjudul Blood Feud menyatakan "perang dingin" di antara keduanya bisa berimbas bagi suara Demokrat dalam pemilu 2016.

Permusuhan mereka mencapai intensitas tertentu sehingga Klein mengatakan Obama mungkin tak akan mendukung Hillary dalam pemilu presiden mendatang. Apalagi kemudian muncul selentingan bahwa Michelle Obama akan maju sebagai kandidat presiden untuk menyaingi istri Bill Clinton itu.

Menurut Klein, meski pernah mendukung kampanye Obama dan Hillary menjadi Menteri Luar Negeri dalam periode pertama pemerintahan Obama, Bill tak pernah "mengampuni" Presiden AS ke-44 itu. Menurut dia, "dosa" terbesar Obama adalah menyerangnya secara pribadi saat konvensi Partai Demokrat dan menuduhnya rasis.

"Aku benci Obama lebih dari siapa pun yang pernah kutemui, lebih dari siapa pun yang pernah hidup," kata Bill Clinton kepada temannya, setelah Obama menuduhnya rasis.

Menurut Klein, seperti ditulis The New York Post, Michelle Obama kerap bergosip tentang Hillary. Ia bahkan mempunyai julukan khusus untuk ibu Chelsea Clinton ini, yaitu Hildebeest. Julukan ini mengacu pada seekor hewan mirip kerbau yang jelek namun kuat.

Klein menyebut dukungan Clinton kepada Obama dalam pemilihan presiden untuk kedua kalinya palsu belaka. Saat itu Obama mendapat saran dari orang-orang terdekatnya untuk mendekat kepada Clinton jika ingin mengamankan masa jabatan kedua.

Walau tak suka, Obama akhirnya meminta mantan presiden itu untuk bermain golf bersamanya pada September 2011, dan meminta bantuannya. "Aku sungguh tak akan menikmati ini," kata Bill, menurut Klein, setelah menerima undangan Obama.

Menurut Klein, Bill tidak suka kepada Obama, selain karena ucapannya selama konvensi yang menyinggungnya, juga karena Obama tak mengindahkan sarannya. "Ada dua orang di Gedung Putih setelah aku, Obama dan Bush. Tapi Bush lebih mendengar saranku ketimbang dia (Obama)," kata Bill seperti ditulis Klein.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Bill juga pernah menyatakan kepada salah seorang temannya bahwa hubungannya dengan Obama sangat kikuk. "Kadang-kadang kami hanya saling menatap. Ini sungguh canggung," katanya.

Hingga hari ini, baik perwakilan Clinton maupun Obama belum ada yang bersuara untuk mengomentari buku ini. 

NEW YORK POST | INDAH P.

Berita Terpopuler:

Ahok Sebut Ultah Jakarta Kali Ini Terasa Pahit 
Tasikmalaya Diguncang Gempa 5,5 Skala Richter 
Tip Hindari Kehabisan Tenaga Saat Midnight Sale
Dirampok, Caddy Golf Melawan dengan Tendangan Maut  

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Seorang wanita meniup kantong plastik saat mengambil sampel udaranya untuk tes Covid-19 menggunakan GeNose C19 di sebuah stasiun kereta di Jakarta, Rabu, 3 Februari 2021. Alat buatan Indonesia ini mulai digunakan untuk screening penumpang kereta jarak jauh. REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.


Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Bupati terpilih Sabu Raijua, NTT, Orient P Riwu Kore menjadi perbincangan setelah disebut-sebut sebagai warga negara Amerika Serikat. Orient mengakui sempat memiliki paspor AS, namun tidak lantas mengubah status kewarganegaraannya. Facebook.com
Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020


Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Presiden Amerika Serikat Donald Trump saat mengikuti pertemuan dengan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong di Istana di Singapura, 11 Juni 2018. REUTERS/Jonathan Ernst
Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.


Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.


Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Ilustrasi microchip semikonduktor. [REUTERS/Kim Kyung-Hoon]
Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.


Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Sekitar ratusan ribu warga Amerika Serikat turun ke jalan pada Sabtu, 30 Juni 2018, menuntut pemerintahan Presiden Donald Trump mengizinkan imigran masuk dan mempertemukan anak imigran dengan orang tua mereka. Reuters
Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.


Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Gas air mata dilepaskan di antara pengunjuk rasa saat bentrokan dengan polisi di Gedung Capitol pada rapat pengesahan hasil pemilihan presiden 2020 oleh Kongres AS di Gedung Capitol AS di Washington, 6 Januari 2021. Sekitar 350 pasukan Garda Nasional D.C. dikerahkan untuk mengantisipasi kerusuhan yang diperkirakan akan terjadi. REUTERS/Shannon Stapleton
Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol


Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Wartawan asal Amerika Serikat, Daniel Pearl, yang tewas dipenggal pada 2002. Sumber: The Times of Israel
Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.


Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Dokter umum Luisa Vera bereaksi setelah menerima vaksin virus corona (Covid-19) buatan Pfizer-BioNTech di Universitas Kesehatan Indiana, Rumah Sakit Methodist di Indianapolis, Indiana, Amerika Serikat, Rabu, 16 Desember 2020. Kredit: ANTARA FOTO/REUTERS/Bryan Woolsto/HP/djo/am.
Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19


Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Silinder berisi uranium di fasilitas nuklir Fordow, Iran.[IRNA]
Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran