TEMPO.CO, Riyadh - Seorang ulama Arab Saudi berada di bawah tekanan setelah secara kontroversial menyatakan niqab atau busana wanita serba hitam berpenutup wajah bukan perintah agama. Melalui akun Twitter-nya, dia menyatakan cadar adalah pilihan, yang bagi setiap wanita muslim bebas menentukan mau mengenakan atau tidak.
Pendapat yang dikemukakan Syekh Suleiman al-Torifee, pejabat di Kementerian Agama Islam Arab Saudi, didasarkan pada ajaran Islam. Ia mengutip dalil yang menguatkan pendapatnya.
Perempuan di banyak wilayah di Arab Saudi wajib mengenakan jubah hitam, abaya, dan jilbab dilengkapi cadar. Beberapa wanita Saudi yang konservatif bahkan memakai pakaian serba hitam yang menutup seluruh bagian tubuhnya dari ujung rambut hingga ujung kaki, termasuk wajah.
Tak menunggu berganti hari setelah ia menuliskan cuitnya itu, reaksi follower-nya ternyata di luar dugaan. Sebagian besar menghujat dan mencemoohnya.
"Saya tantang Anda berjalan-jalan bersama istri Anda di jalan-jalan sementara dia mencopot cadar dan memperlihatkan wajahnya," kata salah satu pengguna Twitter bernama @Hamood20121111. "Anda sedang mencari ketenaran dan saya berharap Anda mencukur jenggot Anda karena Anda bukan seorang laki-laki," ia melanjutkan.
"Jika Anda ingin menerapkan kebiasaan dan tradisi Barat, silakan tinggal di luar negeri," kata pengguna Twitter lainnya. Akun @m_MesOo menggambarkan cecuitnya sebagai "ajaran liberal yang sesat".
"Jika Anda menikmati melihat wanita muslim lainnya, itu berarti ada sesuatu yang salah dengan Anda! Dan Anda adalah orang yang membutuhkan saran," komentar @k_almassad.
Beberapa pengguna mendukung pendapat al-Torifee, dengan mengatakan cadar terinspirasi oleh tradisi, bukan agama. "Meskipun kami yakin bahwa memperlihatkan wajah (wanita) diperbolehkan, masyarakat kita tidak menerima itu dan saya pernah mendengar orang menggambarkan seorang wanita yang memperlihatkan wajahnya sebagai pelacur," tulis @ghalibalshareef.
AL ARABIYA | INDAH P.