TEMPO.CO, Recife - Amnesty International dan kelompok HAM lainnya mengkritisi tindakan polisi Brasil saat membubarkan demonstran selama Piala Dunia 2014 berlangsung. Dikutip dari The Guardian, Rabu, 18 Juni 2014, mereka menilai, polisi telah menyalahgunakan kekuatannya untuk mengusir pendemo yang menolak pembangunan Novo Recife di Kota Recife.
Para pendemo yang membuat gerakan Ocupe Estelita ini mencoba untuk melakukan negosiasi dengan pemerintah. Mereka tidak setuju tentang rencana pemerintah untuk membangun gedung pencakar langit di daerah wisata lokal yang penting itu. Mereka mengadakan lokakarya dan konser untuk menampung dukungan dari warga. Namun, mereka justru diserang oleh polisi. (Baca: Polisi Brasil Tangkap 14 Pendemo Anti-Piala Dunia)
Amnesty menganggap polisi Brasil menggunakan dan kekuasaannya secara berlebihan untuk membubarkan pendemo. Selasa pagi kemarin, beberapa orang terluka karena ditembaki peluru karet dan gas air mata saat mereka tidur di dalam tenda. (Baca: Polisi Brasil-Demonstran Anti-Piala Dunia Bentrok)
"Kami dibangunkan oleh polisi dan mereka menggunakan gas air mata. Kami disuruh mengemasi barang-barang dan pergi. Jika terlalu lama berkemas, kami disemprot dengan gas air mata," kata seorang pendemo.
Amnesty menjelaskan polisi menggunakan kekerasan yang berlebihan dan melanggar perjanjian untuk melakukan penggusuran pendemo dari tenda yang harusnya diberi waktu hingga 48 jam. Amnesty akan melakukan penyelidikan langsung dari pelanggaran yang dilakukan oleh polisi militer dan memulai kembali negosiasi dengan peserta demo.
Racife adalah tuan rumah Piala Dunia untuk lima pertandingan, termasuk Italia lawan Kosta Rika, Kroasia vs Meksiko, dan Amerika Serikat vs Jerman. Meskipun demo di Racife tidak ada hubungannya dengan Piala Dunia, tapi para pendemo tetap menyinggung pemerintah dan FIFA.
"FIFA mempromosikan Brasil, kota yang keras dan tidak demokratis. Banyak orang diusir dan diberi sedikit kompensasi untuk jalan dan proyek Piala Dunia. Ini adalah cara untuk mencuri warisan budaya kami. Kami akan memerangi hal itu," kata Lucas Alves dari organisasi hak kebudayaan dan sosial, NGO Direitos Urbanos.
RINDU P. HESTYA | THE GUARDIAN
Berita Lain:
Berjemur Telanjang, Wanita Ini Sebabkan Kemacetan
Bayi Merokok di Cina Undang Kemarahan Global
Kapal TKI Karam di Malaysia, Puluhan Orang Hilang