TEMPO.CO, Kiev – Sebanyak 49 tentara Ukraina tewas setelah sebuah pesawat angkut militer yang mereka tumpangi ditembak jatuh oleh militan anti-pemerintah di kota timur Lugansk pada Sabtu, 14 Juni 2014.
Kepada CNN, juru bicara militer Vladislav Seleznyov mengatakan pesawat Ilyushin ini ditembak menggunakan senapan mesin anti-pesawat saat mendekati bandara di Kota Lugansk. Pesawat ini juga membawa sejumlah mesin, perlengkapan, dan persediaan militer untuk operasi antiteror.
Sejak pertengahan April kemarin, konfrontasi antara pemberontak dan pasukan pemerintah memang terus terjadi di sebagian besar wilayah Lugansk dan Donestsk, yang berbahasa Rusia. Kerusuhan ini setidaknya telah menewaskan lebih dari 200 orang. (Baca: Militer Ukraina Menguasai Bandara Donetsk)
Menurut seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri, Perdana Menteri Ukraina Arseniy Yatsenyuk telah berbicara melalui telepon dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry, yang menyatakan belasungkawa atas jatuhnya korban jiwa dan menyampaikan "kekhawatiran kuat" tentang aliran senjata berat dan militan yang melintasi perbatasan dari Rusia. (Baca: Rusia Dituduh Mengirimkan Tank ke Ukraina)
Tak hanya itu, Presiden Prancis Francois Hollande dan Kanselir Jerman Angela Merkel telah berdiskusi via telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin guna membahas krisis di Ukraina. Mereka meminta Putin untuk melunak dan membantu gencatan senjata.
ANINGTIAS JATMIKA | CNN
Terpopuler
Manning: Sejak Awal Publik Dibohongi soal Irak
Pria Ini Menelan Blackberry
Penulis Buku MH370: Pesawat Sengaja Dilenyapkan