TEMPO.CO, Kerala -- Enam mahasiswa Government Polytechnic College ditangkap polisi setelah mereka menerbitkan majalah kampus yang dianggap memojokkan Perdana Menteri India yang baru terpilih, Narendra Modi. Sehari kemudian, pemimpin kampus juga ditangkap oleh polisi.
Keenam mahasiswa itu adalah staf editor majalah kampus milik pemerintah yang berlokasi di Kunnamkulam, Distrik Thrissur, Kerala, India. Keenam mahasiswa dan pemimpin kampus dijerat pasal pencemaran nama baik dan memprovokasi untuk terjadinya kerusuhan.
Seperti dilansir New York Times, Jumat, 13 Juni 2014, halaman utama majalah memuat berita dan foto Modi yang diberi tajuk "Negative Faces". Foto Modi disandingkan dengan foto wajah tua pemimpin Nazi Adolf Hitler, pemimpin organisasi teroris internasional Al-Qaedah Osama bin Laden, dan George W. Bush, mantan presiden Amerika Serikat.
Sejumlah anggota pemuda sayap partai politik pendukung Modi, Bharatiya Janata India (BJP), menemukan majalah itu dari mahasiswa yang keberatan dengan pemberitaan majalah. Mereka kemudian melaporkannya ke polisi yang berujung pada penangkapan enam mahasiswa dan pemimpin kampus.
Sekitar 200 eksemplar majalah sudah sempat diedarkan. Sisanya, sekitar 400 eksemplar, disita oleh polisi.
Wakil presiden partai pemenang Pemilu 2014, BJP, K. Aneesh Kumar, mengatakan tindakan para mahasiswa yang didukung kelompok kiri (Partai Komunis India) memuat berita dan foto Modi bersama pelaku teroris dianggap perbuatan melanggar hukum. "Ini mengerikan, salah, dan tindakan kriminal," kata Aneesh.
Praveen Chanaserry Sivadasan, 20 tahun, mahasiswa teknik dan editor majalah yang dimiliki oleh Federasi Pelajar India, menolak meminta maaf usai dibebaskan dari tahanan. "Modi berwajah buruk. Dia terlibat pembunuhan begitu banyak orang saat kerusuhan pada tahun 2002," kata Praveen. Ia merujuk pada kerusuhan massal di Gujarat yang menewaskan sekitar seribu orang. Dari jumlah itu sebagian besar yang tewas adalah warga muslim. Modi saat itu menjabat sebagai Menteri Koordinator Negara bagian Gujarat. "Kami seharusnya berhak untuk mengkritik para pemimpin politik kami," ia menegaskan.
Keenam mahasiswa dan pemimpin kampus kemudian dibebaskan oleh polisi dengan membayar uang jaminan.
Di lain pihak, Modi memulai lawatannya ke sejumlah negara setelah resmi menjabat sebagai Perdana Menteri India. Ia terbang ke Bhutan, Ahad, 15 Juni 2014. Bhutan, negara jiran India, dipilih sebagai negara pertama yang dia kunjungi. Bhutan berpenduduk sekitar 750 ribu jiwa serta merupakan sekutu terdekat India di wilayah Asia Selatan.
NEW YORK TIMES | BHUTAN | MARIA RITA
Berita lainnya:
Israel Tangkap 80 Warga Palestina
Piala Dunia, Pejabat Brasil Kampanye Cegah HIV
Suu Kyi Tak Mungkin Jadi Presiden Myanmar