Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

2 Aktivis Myanmar Dilarang Pulang ke Tanah Airnya  

image-gnews
Chit Toke (depan), membantu ibunya mengangkat keranjang kerikil seberat 19 kg dari kapal tongkang di Yangon, Myanmar (10/4). AP/Gemunu Amarasinghe
Chit Toke (depan), membantu ibunya mengangkat keranjang kerikil seberat 19 kg dari kapal tongkang di Yangon, Myanmar (10/4). AP/Gemunu Amarasinghe
Iklan

TEMPO.CO, Rangoon — Kementerian Imigrasi dan Kependudukan Myanmar telah melarang mantan aktivis terkenal dan pemimpin redaksi satu jurnal mingguan berbahasa Inggris kembali ke negara itu. Maskapai penerbangan dan sejumlah kedutaan telah diberitahu bahwa keduanya dilarang masuk ke negaranya dengan alasan apa pun.

Direktur Jenderal Departemen Imigrasi dan Registrasi Nasional Maung Maung Than menjelaskan identitas dua orang yang dilarang masuk ke Myanmar adalah Moe Thee Zun, mantan pemimpin organisasi Pelajar Generasi 88 dan Moe Hein (Washington Roosevelt), pemimpin redaksi jurnal The Sun Rays.

"Kami informasikan ke maskapai penerbangan untuk tidak mengizinkan mereka terbang ke sini. Jika mereka datang juga, kami akan mendeportasi mereka. Itu hanya buang-buang waktu dan uang," kata Maung Maung Tha, seperti dilansir Irrawaddy, Rabu, 11 Juni 2014. (Baca:Suu Kyi Tuntut Hak Veto Militer Myanmar Dicabut)

 Dia mengaku tidak mengetahui alasan keluarnya larangan itu. "Saya tidak tahu kenapa mereka dilarang pulang ke sini," ujarnya. Ia hanya menjelaskan ada perintah dari pejabat di Kementerian Imigrasi dan Kependudukan ke maskapai penerbangan pada 4 Juni lalu untuk tidak mengizinkan keduanya masuk ke Myanmar.

Keduanya selama ini tinggal di Amerika Serikat dan berkewarganegaraan Amerika. Istri dan anak laki-laki Moe Hein yang berkewarganegaraan Amerika juga dilarang masuk ke Myanmar.  

Moe Thee Zun dulunya dikenal sebagai aktivis mahasiswa saat aksi demonstrasi menuntut pelaksanaan demokrasi di Myanmar. Ia menyelamatkan diri ke Thailand dan kemudian terbang ke Amerika Serikat. Pada 2012, ia kembali ke kampung halamannya dan berencana menetap selamanya. Namun, delapan bukan kemudian dia diberitahu untuk tidak memperbarui visanya.

Adapun Moe Hein yang mendirikan The Sun Rays, yang sebelumnya bernama Sunllight, kini berhenti bekerja setelah kantornya digerebek oleh satu kelompok orang. Diduga aktor penggerebekan ini adalah cucu dari diktator Myanmar, Jenderal Senior Than Shwe, dan anak dari Menteri Perdagangan Win Myint.

"Anak laki-laki Moe Hein berusia lima tahun saat ini dan dia juga masuk daftar hitam. Dia seharusnya tidak mengalaminya. Dia akan memulai sekolahnya di Burma (Myanmar). U Khin Yi (Menteri Imigrasi) bertanggung jawab," kata Moe Thee Zun. (Baca:Sensus Pertama di Myanmar, Rohingya Tak Diakui)

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Myanmar Airways International, maskapai penerbangan Myanmar, membenarkan adanya instruksi untuk tidak mengizinkan masuk empat warga etnis Burma masuk ke Myanmar. "Kami baru saja meneruskan pengumuman ini ke kantor kami di Bangkok dan lainnya," kata juru bicara maskapai itu, Aye Mra Tha.   

Pejabat di Myanmar Peace Center, Hla Maung Shwe, menjelaskan larangan itu terkait dengan situasi dalam negeri Myanmar yang memanas sehubungan dengan amandemen konstitusi. Para aktivis menuntut amandemen konstitusi yang dikhawatirkan akan mencederai perdamaian di Myanmar.

IRRAWADDY | MARIA RITA

Berita lainnya:
Jepang Marah Pesawatnya Didekati Dua Jet Cina
Parlemen Setujui Pengunduran Diri Raja Spanyol
Pimpin Majelis PBB, Menteri Uganda Dikecam

Iklan

Berita Selanjutnya



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Pendukung Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) memegang foto konselor Myanmar Aung San Suu Kyi ketika menunggu hasil penghitungan suara pemilu Myanmar di markas partai di Yangon, Myanmar, 8 November 2020.[REUTERS]
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi


Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Ke-10 pria Rohingya yang ditangkap sebelum dibantai warga Buddha dan tentara Myanmar di Inn Din, Rakhine, Myanmar, 2 September 2017. Di antara 10 pria Rohingya tersebut merupakan nelayan, penjaga toko, seorang guru agama Islam dan dua remaja pelajar sekolah menengah atas berusia belasan tahun. Laporan pembantaian ini ditulis oleh dua wartawan yang kini diadili pemerintah pimpinan Aung San Suu Kyi. REUTERS
Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.


Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Seorang bocah Rohingya menangis di tengah antreatn saat berdesakan untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.


Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Suasana antrean pengungsi Rohingya untuk mendapatkan bantuan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 25 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.


Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Seorang anak pengungsi muslim Rohingya digendong ibunya saat berdesak-desakan untuk mendapatkan bantuan makanan di kamp pengungsian Cox's Bazar, Bangladesh, 21 September 2017. REUTERS/Cathal McNaughton
Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.


Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Sidang perdana tim pencari fakta PBB untuk Rohingya di Jenewa, 19 September 2017. Yuyun Wahyuningrum
Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.


Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Petugas mendata pengungsi Rohingya sebelum membagikan paket bantuan dari Indonesia di kamp pengungsian Thaingkali, Ukhiya, Bangladesh, 21 September 2017.  Bantuan kemanusiaan dari Indonesia telah sampai di Bangladesh dalam 8 kali pengiriman dengan pesawat
Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.


Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Penduduk desa Hindu berteduh di sebuah kuil di Myoma Ward Myhum Town, Myanmar. Hindu Youth Relief Group
Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.


Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Pesawat Myanmar yang hilang. Facebook/Commander in Chief Office
Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.


Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Sejumlah warga negara Amerika Serikat mengikuti parade ASEAN di Silang Monas, 27 Agustus 2017. TEMPO/Maria Fransisca
Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.